Page 93 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 93
9
Terhantam Badai
“Makasih, Kak. Jadi semua tiga kilo, ya,” Eli menyodorkan uang
kepada Sutriani.
“Makasih, El. Nggak usah di bayar. Kita butuh beras dan sembako
lainnya,” kata Sutriani menolak uang yang disodorkan Eli.
Eli tersenyum maklum.
“Jadi kakak butuh apa saja, ya?”
“Ehm….El….?”
“Ya, Kak?”
Sutriani menatap Eli agak ragu. Ia sebenarnya tidak sampai
hati untuk minta tolong lagi. Ada perasaan malu dan sungkan selalu
merepotkan tetangganya yang baik hati ini.
“Engg… terus terang saya butuh sembako agak banyak. Tapi….”
Sutriani tidak melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kenapa, Kak? Butuh beras berapa kilo?”
“Sepertinya kasbon lagi, El….” kata Sutriani ragu.
Lagi-lagi Eli tersenyum. Ia maklum dengan keraguan Sutriani.
Eli tidak masalah Sutriani kasbon, itu sudah hal yang biasa. Ia percaya
dengan Sutriani dan keluarganya karena selama ini hutangnya selalu
dibayar lunas meskipun setelah itu selalu berhutang kembali. Saat Daud
mengantarkan turis, biasanya semua hutang langsung dilunasi.
Sebagian besar keluarga nelayan yang menjadi pelanggannya
sudah terbiasa gali lubang tutup lubang. Hari ini bayar hutang kemarin
sambil berhutang lagi. Begitu seterusnya. Kesulitan ekonomi mereka
membuatnya maklum.
“Nggak masalah, Kak. “ jawab Eli ringan.
“Berasnya tiga kilo, gula sekilo, minyak setengah kilo, sama sabun
dan odol…..”
Eli dengan cekatan menimbang tiga kilogram beras dan di
masukkan ke dalam tas plastik. Gula, minyak dimasukkan kedalam tas
plastik satunya, sementara sabun dan odol dipisahkan dalam plastik
kecil tersendiri dan dimasukkan ke plastik gula.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 93