Page 19 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 19
Ketiga, kelompok Maturidiyah bependapat bahwa pada suatu perbuatan dengan
semata melihat pada materi perbuatan itu mempunyai nilai baik dan buruk. Karena itu
akal dapat menetapkan suatu perbuatan itu baik atau buruk. Selanjutnya dapat dipahami
bahwa Allah tidak akan membiarkan manusia melakukan suatu perbuatan buruk dan
tidak akan mencegah manusia melakukan perbuatan baik. Dalam hal ini kelompok
Maturidiyah sependapat dengan kelompok Mu’tazilah. Mengenai yang berhubungan
dengan taklif atau beban hukum, kelompok ini berpendapat bahwa akal semata tidak
akan dapat menetapkan seseorang harus melakukan perbuatan baik atau harus
meninggalkan perbuatan buruk. Persoalan taklif, dosa dan pahala hanya ditetapkan oleh
wahyu Allah atau cara menghubungkan kepada wahyu yang telah ada menurut cara-cara
tetentu. Meskipun akal berdasarkan pengetahuannya mengenai yang baik atau buruk,
maslahat atau mafsadat dan dapat berbuat atas dasar itu, namun ia harus tunduk pada
ketetapan wahyu. Semua perbuatan hukum yang dilakukan seseorang hanya dapat dinilai
dengan wahyu, baik secara langsung atau tidak langsung.
Di kalangan ulama fiqh kelompok Ahlussunnah, Hanafiyah mengikuti aliran
Maturidiyah dalam hal penilaian baik dan buruk, juga dalam hal taklif. Berdasarkan
pendapat ini maslahat dan mafsadat dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan
hukum. Namun penetapan hukum itu baru berlaku secara efektif bila mendapat
pengakuan dari wahyu, baik secara langsung atau tidak. Maslahat inilah yang di
kalangan ulama ushul Ahlusunah yang disebut dengan mashlahat mu’tabarah.
Kelompok ulama Syi‘ah Imamiyah sependapat dengan Mu’tazilah Dalam menempatkan
akal sebagai sesuatu yang dapat menilai baik atau buruknya suatu perbuatan dan
menetapkan taklif dalam hal wahyu tidak ada.
C. Al-Hukmu (Hukum)
Dalam memberikan arti secara definitif kepada kata “hukum” itu terdapat
perbedaan rumusan yang begitu luas. Meskipun demikian, dalam arti yang sederhana
dapat dikatakan bahwa hukum adalah: “Seperangkatperaturan tentang tingkahlaku
manusia yangditetapkan dan diakui oleh satu negara atau kelompok masyarakat,
berlaku dan mengikat untuk seluruh anggotanya”.
Kata hukum juga sering dimaknai dengan syara’, yang berarti hukum Islam. Kata
“syara’’’ (عرشلا) sendiri secara etimologis berarti: “jalan, atau jalanyang biasa dilalui
air”. Maksudnya, jalan yangdilalui manusiadalam menuju kepadaAllah Swt. Kata ini
USHUL FIKIH - KELAS XII 10