Page 27 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 27
Terjemahan:
Weda itu hendaklah dipelajari dengan sempurna dengan jalan mempelajari
Itihasa dan Purana, sebab Weda itu merasa takut akan orang-orang yang sedikit
pengetahuannya, sabdanya ”wahai tuan-tuan, janganlah tuan-tuan datang
kepadaku” demikian konon sabdanya, karena takut (Sarasamuscaya, 39).
Dalam sloka ini dan sloka sebelumnya telah pula diperluas artinya dengan
demikian menjadi sangat jelas artinya. Yang terpenting dapat kita pelajari dari
ketentuan ini adalah penambahan ketentuan ilmu pengetahuan yang dapat
dipelajari dari kitab Itihasa dan Purana. Kitab-kitab Itihasa adalah seperti;
kitab Mahabharata dan Ramayana, sedangkan Purana adalah merupakan
kitab-kitab yang termasuk kuno, misalnya babad-babad, yang memuat sejarah
keturunan, dinasti raja-raja Hindu. Jadi secara ilmu hukum modern kedua
jenis buku ini merupakan buku tambahan yang memuat ajaran-ajaran hukum
yang bersifat doktrinisasi, memuat sumber keterangan mengenai Jurisprudensi
dalam bidang hukum Hindu.
Pemahaman umum tentang hukum yang bersifat mengatur dan mengikat,
terkait dengan ajaran agama Hindu yang bersumber pada kitab suci Weda.
Salah satu dari unsur kepercayaan umat Hindu dalam Panca Sradha, setelah
percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa ”Brahman” adalah percaya akan adanya
Hukum yang ditentukan oleh Tuhan. Hukum itu adalah semacam sifat dari
kekuasaan Tuhan, yang diperlihatkan dengan bentuk yang dapat dilihat dan
dialami oleh manusia. Bentuk hukum Tuhan yang murni disebut dengan istilah
”Rta”. Rta adalah hukum murni yang bersifat absolut transcendental. Bentuk
hukum alam yang dijabarkan ke dalam amalan manusia disebut Dharma.
Dharma bersifat mengatur tingkah laku manusia guna dapat mewujudkan
kedamaian, kesejahtraan dan kebahagiaan di dalam hidup.
Kata Rta sering diartikan hukum, tetapi dalam arti yang kekal. Kitab suci Weda
menjelaskan bahwa mula-mula setelah Tuhan menciptakan alam semesta ini,
kemudian beliau menciptakan hukumnya yang mengatur hubungan antara
unsur-unsur yang diciptakan-Nya itu. Sekali beliau menentukan hukumnya
itu, untuk selanjutnya demikianlah jalannya hukum itu selama-lamanya.
Tuhan sebagai pencipta dan pengendali atas hukumnya itu disebut dengan
Rtavan. Dalam perkembangan sastra sanskerta, istilah Rta kemudian diartikan
sama dengan Widhi yang artinya sama dengan aturan yang ditetapkan oleh
Tuhan. Dari kata itulah kemudian lahirlah istilah Sang Hyang Widhi, yang
artinya sama dengan penguasa atas hukumnya. Dalam ilmu sosial konsep
istilah hukum itu kemudian berkembang dalam bentuk dua istilah, yaitu
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 17