Page 30 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 30

1.  Pemahaman tentang orde sosial.
            2.  Pemahaman tentang asal-usul penguasa negara.

            3.  Penegasan tentang hubungan antara dua jenis kekuasaan di dalam negara
               yaitu kekuasaan kelompok agama dan penguasa negara.
            Ciri pokok dari pada pertumbuhan pemahaman orde sosial itu ialah munculnya
            kesadaran-kesadaran baru yang menyadari       kekuasaan hukum     terhadap
            individu serta  kesatuan-kesatuan unit  sosial  masyarakat  yang pengaturan
            selanjutnya  didasarkan atas  kehendak Tuhan. Kehendak beliau tersebut
            dituangkan dalam   bentuk hukum   abadi  dan kekuasaan adat  kebiasaan dari
            orang-orang suci. Pandangan tentang nilai-nilai sosial mengalami perubahan
            secara evolusi oleh kelompok kedua penguasa itu dalam wujud hukum yang
            disebut ”dharma”. Tentang asal-usul penguasa negara sebagaimana dijelaskan
            dalam  kitab suci  Weda, yang disimpulkan dari  ayat  Purusa  Sukta  X.90 dan
            Rg Weda X.173, melukiskan bagaimana penyair itu berdoa agar diadakan raja
            atau penguasa untuk menertibkan penduduk negara dan membayar pajak untuk
            negara. Untuk memberikan bentuk kekuatan kepada raja atau penguasa dalam
            negara teokrasi, raja dipersamakan sebagaimana halnya Dewa Indra terhadap
            Dewa-Dewa     lainnya. Demikian pulalah halnya    raja  terhadap penduduk
            negara  sehingga  raja  dianggap sekutu dari  Dewa  Indra  (Indrasakha). Pada
            umumnya lembaga kerajaan yang bersifat teokrasi itu tidaklah statis, karena
            sebagai  lembaga  penguasa. Dalam    bentuk negara  kerajaan itu sifat-sifat
            theokrasinya lebih menonjol dari pada bentuk negara republik. Raja sebagai
            pembuat hukum atau bertindak sebagai yudikatif. Walaupun kedudukan raja
            sedemikian penting tetapi  kecendrungan untuk pembagian kekuasaan telah
            nampak pula    dalam  kitab Weda  dengan tidak mengharuskan raja     secara
            pribadi memutuskan segala macam sengketa yang diajukan kepadanya. Oleh
            karena itu timbulah lembaga yudikatif dalam bentuk Parisada dan kemudian
            pada  bentuk Peradilan Kerta, ini  menunjukkan bagaimana    evolusi  sejarah
            pertumbuhan hukum Hindu secara umum. Peninjauan tentang sumber hukum
            Hindu dapat kita lihat dalam berbagai segi. Peninjauan seperti ini dibenarkan
            berdasarkan ilmu hukum, mengingat     pengertian sumber hukum    itu sendiri
            belum ada persamaan secara utuh dan menyeluruh.
            L. Oppenheim mengemukakan bahwa masalah sumber hukum itu dilihatnya
            dari  arti  kata, yakni  kata  sumber yang oleh beliau menyebutnya  ”source”.
            Menurut   Oppenheim   di  dalam  bukunya  yang berjudul  International  Law
            A  Treatire  I, mengemukakan bahwa    sumber yang dimaksud adalah asal
            darimana  kaidah-kaidah itu bertumbuhan dan berkembang. Pengertian ini
            dibandingkan sebagai  mata  air yang mempunyai   berbagai  anak sungai  dari
            mana air-air sungai itu berasal dan akhirnya sampai ke tempat tujuan (Puja,




            20    Kelas XII SMA/SMK
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35