Page 113 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 113
112
khususnya buruh migran perempuan 110 yang memiliki peluang terjadinya
perdagangan orang. Di Surabaya, terkenal sebagai daerah tujuan untuk
pekerja seks dan juga ditemukan sejumlah kasus perdagangan anak untuk
dijadikan pekerja anak, yaitu sebagai pengemis, penjual makanan dan
minuman di kios-kios, dan lain-lain. Banyak dari buruh migran ini yang
semula dikirim ke luar negeri sebagai pembantu rumah tangga, penghibur,
pelayan/pegawai rumah makan, buruh pabrik, dan buruh perkebunan. Akan
tetapi kemudian ternyata diperdagangkan untuk melakukan kerja seks, dan
menjadi pekerja paksa di luar negeri 111 . Karena itu, secara kriminologi,
berdasarkan temuan penelitian terdahulu juga menemukan dapat dinyatakan
bahwa faktor geografi yang tingkat kepadatan penduduk yang tidak
menyediakan lapangan pekerjaan dapat menjadi faktor kriminogen dan
tumbuhnya kejahatan perdagangan orang dan berpotensi mereka pergi untuk
mencari pekerjaan, meskipun bentuk dan proses pencarian pekerjaan
melalui sarana-sarana penyalur tenaga kerja baik dalam negeri maupun luar
negeri.
5.3. Faktor Sosial Budaya
Teori kriminologi mengasumsikan bahwa salah satu faktor kriminogen
kejahatan adalah faktor sosial budaya. Dimasukkannya faktor ini sebagai
faktor kriminogen karena sejak semula para kriminolog dalam pendekatan
sosiologis menyatakan bahwa ada hubungan timbal balik antara hukum
dengan masyarakat. Asumsi ini menguatkan asumsi bahwa dalam hal
110 Op.cit, h….
111 Ibid.