Page 129 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 129
128
yang sangat urgen dalam penelitian ini. Oleh karena itu, sub bab berikut
akan dianalisis aspek kriminalisasi kejahatan perdagangan orang sebagai
suatu kebijakan pidana baik dalam konvensi maupun dalam peraturan
perundang-undangan nasional.
1. Kriminalisasi Perbuatan Pidana Dalam Perundang-Undangan
1.1. Kriminalisasi Perbuatan Pidana Dalam Konvensi
Dalam ketentuan perundang-undangan tentang kejahatan
perdagangan orang telah ditemukan dua sumber hukum utama yaitu
konvensi internasional dan hukum nasional Indonesia 126 . Pembahasan
pertama kriminalisasi perbuatan dalam konvensi internasional.
Dalam Konvensi Internasional tentang perdagangan orang, telah
dirumuskan secara normatif perbuatan-perbuatan yang tergolong sebagai
kejahatan perdagangan orang. Dalam Konvensi Internasional muatan
kriminalsiasi perbuatan kejahatan perdagangan orang sudah dirumuskan
secara jelas dan tegas. Muatan kriminalisasi kejahatan disebut secara rinci
dalam Protocol to Prevent, Suppres and Punish Trafficking in Person
Especially Women and Children. Protokol ini sudah ditandatangani
(signatory) oleh Pemerintah Indonesia. Dalam Pasal 1 Protocol Konvensi
Internasional tentang Perdagangan Wanita dan Anak-nak diartikan sebagai
berikut ;
“Trafficking in person shall mean the recruitment, transportation,
transfer, harbouring or receipt of person, by means of the threat or use
of force or other forms of coercion, of abduction, of fraud, of deception,
126 Lihat Tabel 1 dan Tabel 2 tentang Ketentuan Konvensi Internasional dan
Undang-Undang yang terkait Perdagangan orang di Indonesia.