Page 22 - ORASI ILMIAH PROF. DR. POPPY ANDI LOLO SH. MH.
P. 22
21
secara tegas dan jelas jika suatu perbuatan dinyatakan sebagai kejahatan.
Bahkan dari rumusan delik tersebut dipahami bahwa kegiatan perdagangan
orang dimulai dari kegiatan perekrutan sampai pada terksploitasinya
seseorang baik secara indiviual, teroganisir dan bersama-sama.
Selanjutnya dalam Pasal 1 Undang-Undang Tindak Pidana
Perdagangan Orang (UU TPPO) disebutkan pula bahwa tindak pidana
perdagangan orang adalah ”setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang
memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam Undang-
Undang Tindak Pidana Perdagangan (UU TPPO)”. Kategori ini menunjukkan
bahwa unsur utama (bestandel) dalam kejahatan perdagangan orang adalah
setiap perbuatan yang pada hakikatnya menyebabkan tereksploitasinya
seseorang dalam penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi,
24
dan/atau sosial, yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang . Jika
dianalisis kedua rumusan pasal tersebut menunjukkan bahwa kejahatan
perdagangan orang merupakan serangkaian perbuatan yang menyebabkan
orang tereksploitasi baik secara secara sukarela atau terpaksa untuk tujuan
tertentu baik secara sosial maupun ekonomi. Perbuatan perdagangan orang
dari kedua rumusan tersebut dapat dipahami bahwa perdagangan orang
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan sendi-sendi kemanusiaan.
Manusia bukanlah barang yang dapat diperdagangkan dan dipindah
tangankan secara tidak manusia baik untuk kepentingan sosial dan apalagi
untuk kepentingan ekonomi. Dari sinilah sebenarnya kualifikasi kejahatan
24 Lihat rumusan pengertian korban dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor
21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Lembaran
Negara RI tahun 2007 Nomor 109.