Page 59 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 59

Indonesia yang diatur dalam undang-undang.
                Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
            hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
            sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
                                                             12
            Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang .
                Jika diperhatikan secara seksama, maka pengaturan Pasal 18 B
            ayat (2) Dalam Konstitusi Negara yang mengakui dan menghormati
            kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
            tradisionalnya tersebut dilihat dari pengaturannya masuk dalam
            Bab VI tentang Pemerintahan Daerah. Oleh karena itu, seharusnya
            regulasi atau pengaturan substansi pengakuan dan penghormatan
            terhadap kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
            tradisionalnya masuk dalam Undang Undang Pemerintahan Daerah,
            yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004.

                Namun jika dicermati lebih lanjut UU Nomor 32 Tahun 2004
            tentang Pemerintahan Daerah hanya menyinggung pengaturan
            substansi masyarakat adat, hanya dalam 2 (dua) pasal 1 (satu) Penjelasan
            Pasal saja, yaitu Pasal 2 ayat (9) tentang Pengakuan dan Penghormatan,
            dan Pasal 203 ayat (3) tentang Pemilihan Kepala Desa, serta Penjelasan
            Pasal 204 tentang Masa Jabatan Kepala Desa.
                Pasal 2 ayat (9): Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
            kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
            sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
            dan prinsip NKRI.

                Pasal 203 ayat (3): Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan
            masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih


            12   Menurut Abdurrahman, pengaturan hak ulayat masyarakat hokum adat dalam
                Undang-Undang tersebut di atas, mengundang dua tafsiran, yaitu kita perlu satu
                Undang-Undang tentang hukum adat, tetapi juga dapat berarti pengaturannya
                dapat diselipkan dalam satu Undang-Undang tertentu. Abdurrahman, (2005),
                Aspek Perundang-Undangan Dalam Pengelolaaan Dan penyelesaian Sengketa
                Tanah Adat, (Makalah disampaikan pada Lokakarya Kajian Kebijakan
                Pengelolaan Tanah Adat Di Indonesia), BAPPENAS, Jakarta, 28 Desember 2005
                : 4.


                                          44
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64