Page 161 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 161

kritik tajam. Terdapat beberapa kebijakan lain yang dipandang
          oleh  masyarakat  sipil  sebagai  upaya  perampasan  tanah,  alih-
          alih  melakukan  reforma  agraria  untuk  kesejahteraan  rakyat.
          Salah  satu  contoh  adalah  Peraturan  Presiden  (Perpres)
          No.  36/2005  tentang  Pengadaan  Tanah  bagi  Pelaksanaan
          Pembangunan  untuk  Kepentingan  Umum.  Keberadaan  Perpres
          ini  bagi  pemerintah  merupakan  upaya  untuk  mempercepat
          pembangunan      infrastruktur.   Pembangunan     infrastruktur
          diperlukan  untuk  percepatan  pertumbuhan  ekonomi.  Dalam
          rangka  mencapai  percepatan  pembangunan  infrastruktur
          tersebut,  diperlukan  dukungan  kemudahan  pembebasan  lahan.
          Namun demikian, sesaat setelah Presiden SBY menandatangani
          Perpres pada 3 Mei 2005, tidak lama kemudian muncul berbagai
          macam  kritik  bahkan  demonstrasi  secara  masif.  Perhimpunan
          Bantuan  Hukum  Indonesia  (PBHI)  menilai  Perpres  tersebut
          cacat  hukum.  Keberadaan  perpres  ini  bagi  PBHI  tidak  terlepas
          dari  infrastructure summit  yang  diselenggarakan  pada  2005.
          PBHI  menilai  bahwa  Perpres  tersebut  bukanlah  materi  yang
          diperintahkan  oleh  Undang-Undang  (UU).  Johnson  Panjaitan
          (Ketua PBHI) dalam siaran persnya menyatakan:
             “Jika mengacu pada UU yang ada mengenai tanah, yakni UU Pokok Agraria
             (UUPA) Pasal 2 Ayat 1b dan Pasal 18 perihal pencabutan hak atas tanah,
             maka Perpres 36/2005 bertentangan dengan UU Nomor 5 tahun 1960 Pasal
             6 dan penjelasan Pasal 6. Dikatakan dalam UU itu, semua hak atas tanah
             mempunyai fungsi sosial, tetapi tidak berarti kepentingan perseorangan
             akan  terdesak  sama  sekali  oleh  kepentingan  umum.  Selain  itu,  Perpres
             36/2005 bertentangan dengan Pasal 6 Ayat 1 dan 2 UU No.39 tahun 1999
             tentang HAM (UU HAM). Terutama Pasal 2 yang berbunyi “Tidak seorang
             pun boleh dirampas hak miliknya dengan sewenang-wenang dan melawan
             hukum.” Begitu juga dengan pasal 71 yang berbunyi “Pemerintah wajib
             bertanggung  jawab  menghormati,  melindungi,  menegakkan,  dan
             memajukan HAM”. Berdasarkan hal tersebut, PBHI menyimpulkan bahwa



        144   Kebijakan Reforma Agraria di Era Susilo Bambang Yudhoyono
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166