Page 58 - skripsi antropologi sastra
P. 58
45
Ja, ich habe in der Schenke auch gesessen. Mir ward wie anderen
zugemessen. Sie schwatzten, schrieen, händelten von heute so froh und traurig, wie es
der Tag gebeut hat. Ich sass aber im Innersten erfreut. Ich dachte an meine Liebste.
Wie sie liebt, weiss ich das nicht. Was aber mich bedrängt, lieb ich sie. Es gibt wie
ein Busen, der sich einer treu gab und knechtisch hängt. Wo war das Pergament und
der Griffel, die alles fassten? Doch so war es ja.
Yang dimaksud dengan paragraf ini yaitu bahwa di kedai minum itulah si aku
juga duduk. Padanya diukur dan dibagi seperti yang lainnya. Mereka berbincang-
bincang, berteriak dan berselisih mengenai hari ini, begitu bahagia dan sedih, seperti hari
telah memangsanya. Tapi si aku duduk, dalam hati merasa gembira. Pada kekasihku aku
berpikir–bagaimana ia mencintai. Aku tak tahu, apa yang menyulitkanku, aku
mencintainya, sebagaimana adanya dada, yang setia pada seseorang dan bergantung
dengan menghamba. Di mana ada perkamen, di situ ada batu tulis, apakah semuanya
berpasangan? – Begitulah adanya! Ya, begitulah!
Wenn ich allein sitze, kann ich besser sein. Ich trinke meinen Wein allein.
Niemand setzt mir Schranken. Ich habe so meine eigenen Gedanken.
Aku duduk sendiri, di mana dia dapat menjadi lebih baik. Minuman anggurnya,
aku minum sendiri. Tak ada seorang pun yang duduk menghalanginya. Aku dengan
pikiranku sendiri.
Der Dieb, der Muley heisst, brachte es weit. Er schrieb schöne Lettern
betrunkend.
Begitu jauh hingga sampailah pada Muley, pencuri itu. Yang menulis huruf
indah dalam keadaan mabuk.
Ob der Koran von Ewigkeit sei, frage ich das nicht. Ob der Koran geschaffen
sei, weiss ich das nicht. Daß er das Buch der Bücher sei, glaube ich aus
Mosleminenpflicht. Daß aber der Wein von Ewigkeit sei, zweifle ich daran nicht.