Page 101 - C:\Users\Acer\Music\MODUL FLIPBOOK DIGITAL\
P. 101

Lebih  dari  itu,  sampah  plastik  di  perairan  juga  menciptakan  masalah  visual  dan
                       ekologis yang serius. Sungai yang dipenuhi kantong plastik bukan hanya terlihat kotor,
                       tetapi juga menghambat aliran air sehingga memperparah risiko banjir. Hewan air pun
                       menjadi korban. Penyu laut sering ditemukan mati karena menelan plastik yang mereka
                       kira ubur-ubur. Burung laut mati dengan perut penuh sampah plastik yang tidak bisa

                       dicerna. Semua ini hanyalah potret kecil dari betapa besar kerusakan yang ditimbulkan
                       plastik sekali pakai terhadap ekosistem perairan.
                            Namun,  masalah  ini  sebenarnya  bukan  sekadar  soal  sampah  yang  dibuang
                       sembarangan. Lebih dalam lagi, persoalan plastik menyentuh pola konsumsi kita sehari-
                       hari. Bukankah kita sering memilih minuman dalam botol plastik karena lebih praktis?
                       Atau menggunakan kantong kresek karena gratis dan mudah? Kebiasaan sederhana ini,
                       jika dilakukan terus-menerus, justru berkontribusi besar terhadap pencemaran. Artinya,
                       kita  semua  ikut  menjadi  bagian  dari  masalah.  Pertanyaannya,  apakah  kita  juga  mau
                       menjadi bagian dari solusinya?
                            Solusi tentu tidak mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Pengurangan penggunaan
                       plastik  sekali  pakai  adalah  langkah  pertama  yang  bisa  kita  lakukan.  Membawa  botol

                       minum sendiri, menggunakan tas kain saat berbelanja, atau memilih sedotan stainless
                       steel adalah contoh kecil yang bila dilakukan banyak orang, akan berdampak besar. Di
                       sisi  lain,  pengelolaan  sampah  yang  lebih  baik  juga  sangat  penting.  Sistem  daur  ulang
                       harus  diperkuat  agar  sampah  plastik  tidak  berakhir  di  sungai  atau  laut.  Pemerintah,
                       industri,  dan  masyarakat  harus  bekerja  sama.  Apakah  kita  rela  menunggu  sampai
                       perairan penuh dengan plastik baru kemudian bergerak, atau kita mau mulai sekarang
                       dengan langkah-langkah kecil dari diri sendiri?
                            Sampah plastik adalah cermin dari gaya hidup kita. Jika kita masih mengutamakan

                       kepraktisan  tanpa  memikirkan  dampaknya,  maka  pencemaran  air  akibat  plastik  akan
                       terus  menghantui  generasi  berikutnya.  Tetapi  jika  kita  mulai  mengubah  kebiasaan,
                       memilih yang lebih ramah lingkungan, dan peduli pada keberlanjutan bumi, maka kita
                       punya  harapan.  Pada  akhirnya,  pertanyaan  yang  harus  kita  jawab  bersama  adalah
                       sederhana: apakah kita ingin hidup di dunia yang dipenuhi air bersih, atau di dunia yang
                       dipenuhi serpihan plastik?


                       5.  Pencemaran Air Akibat Proses Alami
                            Ketika  membicarakan  pencemaran  air,  pikiran  kita  sering  langsung  tertuju  pada
                       aktivitas  manusia.  Namun,  sesungguhnya  alam  juga  memiliki  “andil”  dalam
                       menyebabkan  kualitas  air  menurun.  Peristiwa-peristiwa  alam  seperti  letusan  gunung
                       berapi,  gempa  bumi,  tanah  longsor,  atau  banjir  besar  bisa  menjadi  penyebab  alami
                       pencemaran air. Misalnya, ketika gunung berapi meletus, abu vulkanik, material panas,


                                                                                                         93
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106