Page 10 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 10
ketrampilan tradisional tidak hanya didemonstrasikan,
tetapi menjadi proyek proyek-proyek berbasis
kompetensi yang mengaitkan keterampilan lokal dengan
tuntutan abad ke-21. Kedua, pendekatan berbasis tempat
(place-based education) memperkuat keterikatan dengan
lanskap budaya setempat - misalnya melalui peta warisan
komunitas, penelitian partisipatif tentang praktik
pertanian tradisional, atau pengesahan praktik ritual
sebagai bahan studi interdisipliner - sehingga
pembelajaran menjadi relevan dan bermakna bagi
pengalaman hidup peserta didik. Ketiga, model
pembelajaran kolaboratif yang mengikutsertakan tokoh
masyarakat dan penghulu adat sebagai co-educators
menciptakan legitimasi dan transfer nilai yang otentik,
sekaligus menegaskan bahwa pendidikan adalah ruang
publik untuk reproduksi budaya beretika.
Digitalisasi memberikan peluang besar untuk
merevitalisasi kearifan lokal - tetapi hanya bila teknologi
digunakan secara deliberatif untuk memperkuat, bukan
menggantikan, konteks sosial budaya. Media digital dapat
dipakai untuk merekam narasi lisan dan melestarikan
bahasa lokal; membuat arsip digital untuk repertoar
musik tradisi; menyediakan modul microlearning
berbahasa daerah yang mengajarkan praktik ekologis
lokal; atau menghadirkan tur realitas tertambah (AR)
pada situs budaya setempat. Namun praktik digital perlu
dibingkai oleh pedagogi yang memprioritaskan
partisipasi komunitas, pengakuan hak-hak intelektual
lokal, dan penggunaan bahasa asli agar hasil digital
menjadi medium penguatan identitas - bukan
komodifikasi atau representasi dangkal. Ketika siswa
diberi tugas membuat produk digital yang mengangkat
dan mempertanggungjawabkan budaya lokal (mis.
dokumenter oral history, game edukasi bertema lokal,
aplikasi pembelajaran bahasa daerah), proses penciptaan

