Page 14 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 14

dari pengalaman belajar yang aktual dan menyenangkan
               (Komara, 2020).
                      Namun,  sinergi  antara  tradisi  dan  digitalisasi
               bukan  sekadar  soal  penggabungan  konten.  Yang  lebih
               penting  adalah  bagaimana  proses  tersebut  diiringi
               dengan pendekatan pedagogis yang inovatif, partisipatif,
               dan  transformatif.  Guru  tidak  cukup  hanya  menjadi
               penyampai  materi,  melainkan  harus  berperan  sebagai
               fasilitator  dan  inovator  yang  mampu  mendesain
               pengalaman  belajar  berbasis  budaya  lokal  dalam
               kemasan  digital.  Peran  ini  menuntut  kompetensi
               pedagogis,  teknologi,  dan  kultural  secara  bersamaan.
               Konsep  technological  pedagogical  content  knowledge
               (TPACK)  yang  dikemukakan  oleh  Mishra  dan  Koehler
               (2006)  dapat  dijadikan  kerangka  untuk  memahami
               pentingnya  keseimbangan  antara  pemahaman  materi,
               pedagogi, dan teknologi. Dengan pendekatan seperti ini,
               transformasi  tidak  terjebak  pada  sekadar  digitalisasi
               konten, tetapi benar-benar menghasilkan pembelajaran
               yang bermakna dan kontekstual (Wafiqni, 2019; Sinaga,
               2020).
                      Contoh konkret dari sinergi tradisi dan digitalisasi
               dapat  ditemukan  pada  berbagai  praktik  pembelajaran
               yang  berhasil  mengangkat  kearifan  lokal  dalam  format
               digital.  Cerita  rakyat,  misalnya,  dapat  disajikan  ulang
               dalam  bentuk  animasi  interaktif  atau  storytelling  app
               yang memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan
               tokoh cerita. Seni tradisi dapat diangkat melalui platform
               multimedia  yang  menggabungkan  audio,  video,  dan
               simulasi interaktif sehingga siswa tidak hanya memahami
               nilai  estetisnya,  tetapi  juga  makna  filosofis  yang
               terkandung di dalamnya. Ritual budaya yang selama ini
               hanya bisa dipelajari melalui kunjungan lapangan dapat
               didokumentasikan  dengan  teknologi  virtual  reality,
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19