Page 12 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 12
memastikan akses dan partisipasi yang adil bagi semua
lapisan masyarakat.
Perlu diakui pula bahwa penerapan kearifan lokal
sebagai penangkal identitas tidak bebas dari tantangan
dan risiko. Tanpa pendekatan reflektif, pendidikan kultur
dapat jatuh ke dalam romantisisme tradisional atau pada
sebaliknya menjadi alat ideologis yang membatasi
pluralitas. Ada pula bahaya komodifikasi budaya ketika
praktik tradisional dipaksa menjadi produk untuk
konsumsi pasar, kehilangan konteks makna. Risiko lain
adalah ketimpangan akses teknologi yang justru
memperlebar jurang antara sekolah yang “melek digital”
dan yang tidak. Mengatasi tantangan ini menuntut
kebijakan yang berimbang: dukungan terhadap kualitas
guru dan infrastruktur, mekanisme participatory design
dengan komunitas, serta pengawasan etis agar integrasi
lokal-digital berjalan adil dan berkelanjutan.
Secara praktis, program-program kecil yang
scalable dapat menjadi titik mula: modul percontohan di
beberapa sekolah yang menggabungkan proyek peta
warisan lokal dengan produk digital siswa; pelatihan
micro-credential bagi guru tentang pedagogi berbasis
kearifan lokal; dan pembentukan jaringan sekolah-
komunitas untuk berbagi praktik terbaik. Evaluasi
berkelanjutan dari inisiatif semacam ini akan
memberikan bukti empiris bagi pengembangan skala
yang lebih luas, sekaligus menyempurnakan pendekatan
pedagogis berdasarkan konteks setempat.
Akhirnya, menekankan kearifan lokal dalam
pendidikan bukanlah bentuk penutupan terhadap dunia,
melainkan strategi membekali generasi muda dengan
identitas yang kuat sehingga mereka bisa berinteraksi
dengan dunia secara kritis dan bermartabat. Dengan
pendidikan yang menginternalisasi nilai-nilai lokal secara

