Page 103 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 103
Saniata B. Lagmay (2024) menunjukkan bahwa siswa
yang mempelajari matematika dan IPA melalui media ini
memperlihatkan peningkatan signifikan pada
pemahaman konsep dan motivasi belajar dibandingkan
dengan metode tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa
media digital berbasis budaya lokal dapat mengurangi
kesan abstrak pada materi pelajaran eksakta dan
menumbuhkan rasa kedekatan dengan konteks
kehidupan sehari-hari.
Inovasi serupa hadir melalui modul digital tematik
berbasis adat daerah yang dikembangkan oleh Viga Eka
Putri Nurprihardianti (2024). Modul ini
mengintegrasikan cerita, visual, dan aktivitas refleksi
untuk mengaitkan konsep akademik dengan tradisi lokal.
Evaluasi menunjukkan peningkatan kesadaran budaya
sekaligus hasil akademik siswa. Studi ini menegaskan
bahwa media digital dapat menjadi jembatan antara
pengetahuan ilmiah modern dan kearifan budaya lokal
yang diwariskan turun-temurun.
Penggunaan teknologi imersif seperti Virtual
Reality (VR) juga menunjukkan potensi besar. Penelitian
Aditama, Yanti, & Sudipa (2022) tentang VR Museum
Lontar Prasi Bali menunjukkan bahwa siswa dapat
“mengunjungi” museum dan mempelajari filosofi seni
lukis lontar tanpa harus hadir secara fisik. Hasilnya, siswa
merasa lebih dekat dengan budaya setempat dan
mengalami pembelajaran yang lebih interaktif serta
emosional. Temuan ini menegaskan bahwa VR bukan
sekadar alat hiburan teknologi tinggi, tetapi juga sarana
efektif untuk membawa siswa pada pengalaman budaya
yang otentik dan sulit diakses secara konvensional.
Di ranah permainan edukatif berbasis budaya,
Arief et al. (2025) memperkenalkan game VR interaktif
“Jelajah Bahari” di Museum Bahari Jakarta. Game ini
menggabungkan sejarah pelayaran Nusantara dengan

