Page 118 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 118
dijadikan bahan ajar untuk mengajarkan nilai
moral, keterampilan membaca, atau menulis
kreatif.
2) Sumber Daya Budaya Lokal. Potensi lokal
yang bisa diangkat mencakup cerita rakyat,
tarian tradisional, ritual adat, pengetahuan
ekologis, hingga kerajinan khas daerah.
Inventarisasi ini penting agar konten yang
dikembangkan bukan sekadar menampilkan
budaya, tetapi juga mengaitkannya dengan
pembelajaran formal. Contoh konkret: kisah Si
Pitung dari Betawi yang sarat nilai keadilan
dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran
PPKn atau Bahasa Indonesia.
3) Karakteristik Siswa. Analisis profil siswa perlu
menimbang usia, gaya belajar, minat, serta
tingkat akses mereka terhadap teknologi.
Generasi digital cenderung lebih responsif
terhadap media interaktif berbasis visual,
seperti animasi, game edukasi, atau simulasi
sederhana. Namun, penting juga untuk
menyesuaikan dengan kemampuan kognitif
siswa agar media tidak terlalu kompleks atau
justru terlalu sederhana.
4) Ketersediaan Infrastruktur Teknologi. Kondisi
sekolah menjadi faktor penentu dalam
pemilihan format media. Apabila akses
internet terbatas, maka media sebaiknya
dirancang offline-first (dapat diakses tanpa
koneksi internet stabil). Identifikasi perangkat
yang digunakan guru dan siswa, mulai dari
smartphone, laptop, hingga proyektor kelas,
akan memengaruhi jenis media yang paling
layak dikembangkan.

