Page 133 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 133
kepercayaan. Lembaga pengawas internal proyek
(advisory board) yang melibatkan perwakilan komunitas,
akademisi, dan pihak startup direkomendasikan untuk
menjaga integritas budaya dan memantau pelaksanaan
etika operasional. Laporan-laporan internasional tentang
sustainabilitas digital heritage juga menekankan
kebutuhan kapasitas kelembagaan (mis. perencanaan
pemeliharaan, sumber daya teknis) agar aset digital tidak
“meninggal” setelah fase pilot.
Kerangka evaluasi yang komprehensif perlu
menggabungkan dimensi pedagogis, kultural, teknis, dan
keberlanjutan. Dari sisi pembelajaran, instrumen yang
tervalidasi (mis. Q-Herilearn) dapat mengukur outcome
heritage learning di lingkungan digital - dimensi seperti
mengetahui, memahami, menghargai, merawat,
menikmati, dan mentransmisikan berguna untuk menilai
belajar warisan budaya dalam konteks digital. Dari sisi
kultural, evaluasi harus menanyakan validitas
representasi menurut komunitas dan tingkat partisipasi
komunitas dalam proses validasi. Dari sisi produk, metrik
UX, fungsionalitas, adopsi pengguna (DAU/MAU untuk
aplikasi pembelajaran), dan feedback guru/siswa menjadi
penting. Dari sisi keberlanjutan, indikator mencakup
model pendanaan/monetisasi, rencana pemeliharaan
konten, dan transfer keterampilan ke aktor lokal. Studi
terbaru menawarkan kerangka indikator yang disusun
menurut fase (envisioning → monitoring → evaluation)
sehingga setiap indikator memiliki prioritas dan dapat
diaplikasikan sesuai tahap proyek.
Dalam praktik, langkah implementasi yang dapat
diikuti oleh penyelenggara dimulai dari konsultasi awal
dengan komunitas untuk mengidentifikasi kebutuhan
budaya dan memperoleh persetujuan informasional,
pembentukan tim lintas-keahlian (guru/dosen,

