Page 139 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 139
institusional untuk mengembangkan materi baru. Bukti
menunjukkan bahwa model pengembangan profesional
yang berfokus pada collaborative design (guru terlibat
merancang materi bersama desainer dan komunitas)
berpotensi menjadi strategi PD (professional
development) yang efektif karena sekaligus memperkuat
kompetensi teknis dan pedagogis guru. Program PD yang
berkelanjutan - bukan workshop satu kali - dan yang
terintegrasi dengan kredit akademik atau sistem insentif
lebih mungkin menghasilkan perubahan praktek jangka
Panjang (Hunaepi, 2017).
Isu kurasi, otentisitas, dan etika konten budaya
adalah tantangan ketiga yang kompleks. Digitalisasi dapat
mempercepat penyebaran narasi budaya, tetapi juga
menimbulkan risiko decontextualization, penyingkatan
makna, atau bahkan komodifikasi yang menyinggung
komunitas pemilik budaya. Persoalan hak atas
pengetahuan (knowledge sovereignty), persetujuan (free,
prior and informed consent), pembagian manfaat, serta
perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual non-
formal menjadi penting. Praktik open-access tanpa
mekanisme etika yang memadai dapat bertabrakan
dengan kepentingan perlindungan komunitas - jadi perlu
keseimbangan antara keterbukaan akses dan
perlindungan hak. Literatur etika digital heritage
menekankan penerapan mekanisme persetujuan
komunitas, perjanjian tertulis (MOU/MOA) untuk benefit-
sharing, dan review komunitas sebelum publikasi atau
komersialisasi. (Brata, 2021).
Kolaborasi lintas-sektor saat ini masih sering
bersifat sporadis dan berbasis proyek - tergantung pada
individu yang memprakarsai - sehingga sedikit yang
bertransformasi menjadi program berkelanjutan.
Tantangan koordinasi muncul karena perbedaan tujuan

