Page 179 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 179
memperlihatkan bahwa digitalisasi pendidikan, bila
diarahkan secara strategis, mampu menjadi sarana
integrasi budaya dengan teknologi yang menumbuhkan
kebanggaan lokal sekaligus daya saing global.
Namun, transformasi digital tidak lepas dari
tantangan serius yang harus diantisipasi. Tantangan
terbesar berasal dari kesenjangan infrastruktur dan akses
teknologi yang masih terasa antara wilayah perkotaan
dan daerah rural atau komunitas adat. Banyak sekolah di
daerah terpencil yang menghadapi keterbatasan jaringan
internet, perangkat teknologi yang tidak memadai, serta
dukungan teknis yang minim. Hal ini berdampak pada
kesenjangan literasi digital di kalangan guru, siswa,
maupun masyarakat, sehingga potensi teknologi belum
dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendukung
pembelajaran.
Selain kesenjangan akses, terdapat pula risiko dari
sisi budaya. Digitalisasi yang tidak berpijak pada akar
budaya lokal dapat mengarah pada homogenisasi konten
pendidikan dan bahkan menimbulkan reduksi identitas
budaya. Ketergantungan pada konten digital yang berasal
dari luar negeri, misalnya, berpotensi menggeser nilai-
nilai dan bahasa daerah yang menjadi ciri khas lokal. Jika
tidak dikelola dengan bijaksana, proses ini dapat
memperlemah keberagaman budaya dan mengurangi
kekayaan identitas bangsa (Orphanidou, 2024). Oleh
karena itu, penguatan literasi digital guru dan kurasi
konten lokal yang relevan menjadi langkah kunci agar
digitalisasi tidak hanya menjadi sarana modernisasi tetapi
juga alat untuk melestarikan nilai-nilai budaya setempat.
Dari perspektif ekonomi, digitalisasi pendidikan
membuka peluang sinergi antara sektor pendidikan dan
ekonomi kreatif. Produk-produk inovasi pendidikan yang
berbasis kearifan lokal, seperti aplikasi edukasi bahasa

