Page 20 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 20
sekaligus medium yang memperkokoh keberlangsungan
kearifan lokal.
Pendidikan sebagai institusi sosial memegang
peran sentral dalam proses internalisasi nilai budaya. Ia
tidak hanya berfungsi mentransfer pengetahuan
akademik, melainkan juga membentuk pola pikir, sikap,
dan perilaku peserta didik yang berakar pada identitas
bangsa. Sekolah menjadi ruang utama di mana nilai
budaya lokal dihidupkan kembali, dipraktikkan, dan
dikontekstualisasikan agar relevan dengan tantangan era
modern. Pendidikan karakter berbasis budaya
diharapkan mampu membangun fondasi pribadi peserta
didik yang kokoh dan sekaligus memiliki daya saing global
(Sulhan, 2018).
Peran pendidikan dalam memperkuat budaya
lokal dapat dilihat dalam tiga ranah utama. Pertama,
kurikulum. Kurikulum yang responsif terhadap budaya
lokal tidak hanya menyisipkan muatan tradisi sebagai
materi tambahan, melainkan menjadikannya landasan
dalam pengembangan kompetensi abad ke-21. Gayatri,
Hallinger, dan Nguyen (2020) menunjukkan bahwa
pendidikan yang berbasis pada nilai budaya dapat
meningkatkan keterampilan kolaboratif, kreativitas, dan
kepemimpinan, sekaligus menumbuhkan rasa tanggung
jawab sosial. Kedua, praktik pedagogis. Guru berperan
sebagai agen kultural yang mendesain pengalaman
belajar dengan mengintegrasikan cerita rakyat, seni,
bahasa daerah, dan praktik sosial ke dalam kegiatan kelas.
Dengan demikian, budaya lokal tidak sekadar dikenalkan,
melainkan dihidupkan dalam interaksi belajar yang
otentik (Lestyarini, 2013). Ketiga, ekosistem sekolah.
Sekolah dapat menjadi pusat kolaborasi antara keluarga,
komunitas, dan institusi budaya untuk menjaga
keberlangsungan nilai lokal.

