Page 42 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 42
yaitu keterlibatan tubuh dan emosi dalam proses
memahami pengetahuan.
Evolusi media juga merefleksikan transformasi
peran guru. Bila pada era papan tulis guru berperan
sebagai penyampai utama pengetahuan, kini mereka
dituntut menjadi learning experience designers. Mereka
tidak hanya memilih media yang sesuai, tetapi juga
mengintegrasikan prinsip pedagogis, sensitivitas budaya,
dan potensi teknologi untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif sekaligus bermakna. Dengan kata lain, media
yang canggih tidak akan memberi dampak signifikan
tanpa peran aktif guru dalam merancang pengalaman
belajar yang kontekstual dan relevan.
Namun, kemajuan ini tidak terlepas dari
tantangan. Pertama, kesenjangan akses masih menjadi
hambatan nyata, terutama di daerah 3T (tertinggal,
terdepan, terluar). Kedua, ada risiko media imersif
digunakan hanya sebagai gimmick tanpa tujuan
instruksional yang jelas, sehingga sekadar menghibur
tanpa memperdalam pemahaman. Ketiga, keterampilan
guru dalam menguasai teknologi dan desain media sering
kali belum memadai, yang pada akhirnya mengurangi
efektivitas penggunaannya.
Dengan demikian, perjalanan evolusi media
pembelajaran bukan hanya kisah tentang teknologi baru
yang menggantikan yang lama, melainkan juga cerita
tentang bagaimana perubahan media membawa
implikasi pada paradigma belajar, peran guru, dan
pengalaman siswa. Dari papan tulis hingga AR/VR,
benang merah yang harus dijaga adalah fungsi media
sebagai penghubung antara konsep abstrak, konteks
budaya, dan pengalaman nyata siswa. Evolusi ini menjadi
bukti bahwa media bukan sekadar mengikuti arus

