Page 50 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 50

Pemanfaatan  VR  menghadirkan  peluang  yang
               berbeda namun saling melengkapi. Dalam pembelajaran
               sejarah, VR memungkinkan siswa melakukan kunjungan
               virtual  ke  situs  budaya,  mengamati  artefak,  bahkan
               mengikuti alur cerita tokoh sejarah di lingkungan digital
               tiga dimensi. Bower et al. (2020) menekankan bahwa niat
               guru memanfaatkan VR dalam pembelajaran meningkat
               ketika  mereka  memahami  potensi  teknologi  ini  untuk
               membangun  pengalaman  belajar  yang  kontekstual  dan
               mendalam. Huang et al. (2016) menegaskan bahwa VR
               mendukung  pembentukan  self-efficacy  belajar  sains
               karena memberikan kesempatan eksplorasi yang aman,
               fleksibel, dan sesuai dengan ritme belajar siswa. Praktik di
               beberapa  sekolah  Indonesia  menunjukkan  bahwa
               kunjungan  virtual  yang  dipandu  guru  tidak  hanya
               memperkaya  pemahaman  fakta  sejarah,  tetapi  juga
               menumbuhkan rasa apresiasi terhadap warisan budaya
               lokal (Listiawan, 2016).
                      Inovasi lain yang mendapat perhatian luas adalah
               digital  storytelling,  terutama  di  tingkat  sekolah  dasar.
               Robin (2016) menegaskan kekuatan digital storytelling
               dalam  menggabungkan  narasi,  visual,  audio,  dan
               interaktivitas   untuk     mendukung      pembelajaran
               bermakna. Green & Jenkins (2019) menemukan bahwa
               pendekatan  naratif  berbasis  digital  ini  mampu
               meningkatkan  literasi  multimodal  dan  keterampilan
               komunikasi siswa. Di Indonesia, pembuatan komik digital
               oleh siswa SD terbukti meningkatkan motivasi membaca
               sekaligus  memperkuat  keterampilan  kolaborasi  dan
               kreativitas  mereka  (Budiarti,  2016).  Guru  yang
               memfasilitasi  proses  ini  tidak  hanya  bertindak  sebagai
               pemberi  tugas,  tetapi  juga  mentor  kreatif  yang
               membimbing siswa menyusun cerita yang mengangkat
               tradisi  dan  budaya  lokal  agar  narasi  digital  menjadi
               cermin identitas mereka.
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55