Page 57 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 57
bekerja dalam kelompok untuk mengeksplorasi modul
AR yang menampilkan proses penguapan, kondensasi,
dan presipitasi. Kelompok mencatat pengamatan,
berdiskusi untuk menyusun hipotesis, dan menggunakan
LMS untuk memublikasikan ringkasan temuan.
Selanjutnya, siswa diminta mewawancarai penduduk
lokal yang memiliki pengalaman tradisional terkait
musim dan penggunaan air, lalu menceritakan kembali
temuan mereka melalui komik digital. Produk akhir
dievaluasi melalui rubrik yang menilai pemahaman
konsep, ketepatan ilmiah, kreativitas naratif, dan
penggunaan sumber lokal. Seluruh rangkaian ini
menunjukkan integrasi media - AR, LMS, dan digital
storytelling - yang diikat oleh tujuan pedagogis jelas,
keterlibatan komunitas, dan asesmen autentik (Nur
Atikah, 2023; Budiarti, 2016).
Akhirnya, ketika melihat ke depan, strategi yang
paling menjanjikan bukan sekadar adopsi teknologi baru,
tetapi pembentukan ekosistem pembelajaran: guru yang
dilatih sebagai desainer pengalaman, kebijakan sekolah
yang mendukung inovasi, model kemitraan yang
berkelanjutan, dan mekanisme evaluasi yang
komprehensif. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang memadukan kecanggihan teknologi
dengan kearifan lokal, dirancang oleh guru yang paham
mengapa dan bagaimana media digunakan - bukan
semata tahu bagaimana menekan tombol. Dengan
pendekatan seperti ini, praktik nyata media inovatif di
kelas-kelas Indonesia akan menghasilkan dampak yang
tahan lama: peningkatan capaian akademik, peningkatan
motivasi, penguatan identitas budaya, dan kesiapan
generasi muda menghadapi tantangan global tanpa
kehilangan akar lokal (Nur Atikah, 2023; Listiawan, 2016;
Budiarti, 2016; Lagmay, 2024).

