Page 59 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 59

yang  diikuti  dengan  pendampingan  berkelanjutan  dan
               pembentukan  komunitas  belajar  profesional  agar  guru
               memiliki ruang untuk berbagi pengalaman, memecahkan
               masalah  teknis,  dan  merancang  inovasi  media  sesuai
               kebutuhan kelas mereka.
                      Atikah  (2023)  menyoroti  bahwa  literasi  media
               juga erat kaitannya dengan kemampuan guru melakukan
               asesmen digital. Guru yang mampu memanfaatkan data
               digital  dari  platform  daring  untuk  memantau
               perkembangan  belajar  siswa  akan  lebih  mudah
               menyesuaikan metode dan materi pembelajaran sesuai
               kebutuhan  individu.  Kemampuan  ini  sangat  penting
               dalam  konteks  pembelajaran  hybrid  yang  semakin
               meluas di Indonesia.
                      Untuk  menggambarkan  kompleksitas  tantangan
               tersebut, dapat dilihat studi kasus di salah satu sekolah
               menengah  pertama  di  Kabupaten  Sumba  Timur,  Nusa
               Tenggara  Timur.  Sekolah  ini  berupaya  menerapkan
               learning management system (LMS) untuk mendukung
               pembelajaran hibrida selama pandemi. Namun, banyak
               guru  menghadapi  kendala  karena  belum  terbiasa
               mengoperasikan  platform  daring  dan  tidak  memiliki
               perangkat  pribadi  seperti  laptop  atau  tablet.  Pelatihan
               singkat yang diberikan oleh dinas pendidikan setempat
               hanya  mencakup  pengenalan  dasar  platform,  sehingga
               guru  kesulitan  memanfaatkan  fitur evaluasi digital dan
               forum diskusi online secara optimal. Akibatnya, LMS lebih
               sering  digunakan  sekadar  sebagai  media  pengiriman
               tugas,  bukan  sebagai  sarana  pembelajaran  interaktif.
               Hambatan  tersebut  menunjukkan  bahwa  infrastruktur
               yang  terbatas  harus  diimbangi  dengan  pelatihan  yang
               lebih intensif dan dukungan teknis yang berkelanjutan.
                      Kondisi serupa juga terlihat di beberapa sekolah
               dasar di wilayah kepulauan Maluku, di mana guru harus
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64