Page 58 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 58
6. Tantangan Literasi Media untuk Guru di
Indonesia
Transformasi media pembelajaran di era digital
telah membuka banyak peluang untuk memperkaya
proses belajar mengajar, namun di sisi lain menimbulkan
tantangan besar, terutama dalam hal literasi media guru.
Tantangan ini paling terasa di wilayah 3T (Terdepan,
Terluar, Tertinggal), di mana keterbatasan perangkat,
jaringan internet, serta minimnya pelatihan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) menyebabkan
kesenjangan akses terhadap media digital (Brata, 2021).
Kesenjangan ini berpotensi memperlebar jarak kualitas
pendidikan antara daerah perkotaan yang memiliki
infrastruktur memadai dan daerah terpencil yang
terbatas dalam akses teknologi.
Literasi media bagi guru tidak berhenti pada
kemampuan teknis mengoperasikan perangkat digital,
melainkan mencakup kemampuan kritis memilih,
merancang, menilai validitas, dan mengintegrasikan
media secara etis dalam pembelajaran. Guru dituntut
mampu menggabungkan sumber belajar global dengan
nilai-nilai lokal agar proses pembelajaran tidak hanya
relevan dengan konteks global tetapi juga tetap berakar
pada budaya setempat (Saringatun Mudrikah, 2022).
Kemampuan ini termasuk kepekaan terhadap isu etika
digital seperti hak cipta, privasi siswa, dan potensi bias
budaya dalam konten daring.
Keberhasilan sekolah dalam mengadopsi media
digital sangat dipengaruhi oleh kualitas pelatihan TIK
yang berkelanjutan, penguatan komunitas belajar guru,
dan penyediaan sumber daya daring yang ramah
pengguna. Pelatihan guru yang hanya dilakukan sekali
tidak cukup untuk mendorong perubahan praktik di
kelas. Prayogi (2020) menekankan pentingnya pelatihan

