Page 72 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 72
Pendidikan Pancasila sebagai contoh nyata praktik
gotong royong dan harmoni sosial. Keterlibatan siswa
dalam menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam
praktik budaya ini membantu mereka memahami bahwa
warisan budaya memiliki fungsi sosial dan spiritual yang
relevan hingga saat ini.
Selain itu, kearifan ekologis lokal menawarkan
dimensi pembelajaran yang bersentuhan langsung
dengan isu keberlanjutan. Sistem pengairan subak di Bali,
teknik jaring tarik nelayan tradisional di pesisir Jawa, atau
pola rotasi lahan yang diterapkan oleh masyarakat Dayak
dapat menjadi bahan diskusi di kelas IPA, IPS, maupun
Geografi. Praktik-praktik tersebut tidak hanya
mengajarkan prinsip ekologi dan konservasi lingkungan,
tetapi juga mengilustrasikan bahwa ilmu pengetahuan
modern memiliki akar pada pengalaman empiris
masyarakat yang hidup selaras dengan alam (Putri,
2018).
Pendekatan ini diperkuat oleh konsep etnosains,
yang menempatkan kearifan budaya lokal sebagai bagian
dari proses ilmiah untuk memahami fenomena alam.
Dewi (2024) menegaskan bahwa etnosains membantu
peserta didik tidak hanya mengenal fakta ilmiah, tetapi
juga menafsirkan sains melalui lensa budaya mereka
sendiri. Pembelajaran berbasis etnosains memupuk rasa
memiliki terhadap lingkungan dan budaya lokal sekaligus
meningkatkan keterampilan berpikir kritis yang relevan
dengan tantangan global.
Dengan memanfaatkan cerita rakyat, seni, ritual,
dan kearifan ekologis sebagai sumber belajar, guru tidak
hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga
menciptakan pengalaman belajar yang berakar pada
konteks lokal. Pendekatan ini melengkapi strategi
pembelajaran modern yang dibahas sebelumnya dengan

