Page 80 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 80

Meski demikian, keberhasilan integrasi ini sangat
               bergantung pada kesiapan guru dan dukungan institusi.
               Guru    tidak   hanya    perlu   menguasai     teknologi
               pembelajaran,  tetapi  juga  memiliki  sensitivitas  budaya,
               keterampilan  menyederhanakan dan  mengemas tradisi
               menjadi  materi  ajar  yang  sesuai  dengan  usia  dan
               kebutuhan siswa, serta kemampuan bekerja sama dengan
               tokoh komunitas lokal untuk memastikan konten budaya
               yang diangkat tetap otentik dan etis. Institusi pendidikan
               juga  dituntut  untuk  menyediakan  dukungan  berupa
               kebijakan  kurikulum  yang  memberi  ruang  bagi  materi
               lokal,  fasilitas  teknologi  yang  memadai,  dan  forum
               kolaborasi antara sekolah, kampus, serta komunitas lokal.

                      Dengan demikian, mengangkat kearifan lokal “dari
               kampung  ke  kampus”  bukan  sekadar  retorika,  tetapi
               sebuah strategi pendidikan transformatif. Pendekatan ini
               memperkaya  proses  belajar  mengajar,  memperkuat
               identitas budaya, dan menyiapkan generasi muda untuk
               menjadi warga global yang berakar pada tradisi mereka
               sendiri.  Konektivitas  ini  menjadikan  pendidikan  lebih
               inklusif,  relevan,  dan  berkelanjutan,  sehingga  mampu
               menjawab  tantangan  global  tanpa  mengorbankan
               warisan lokal yang menjadi ciri khas bangsa..


               5.  Spesifik Pengemasan Kearifan Lokal ke dalam
                   Media Digital
                      Mengemas kearifan lokal ke dalam media digital
               merupakan langkah strategis untuk menjembatani dunia
               tradisi dengan generasi digital yang akrab dengan layar,
               audio-visual, dan interaktivitas. Proses pengemasan tidak
               sekadar  mengubah  konten  budaya  ke  format  digital,
               melainkan  menyusun  ulang  pengalaman  budaya  agar
               tetap  otentik  namun  relevan  dengan  ekosistem  belajar
               modern. Pendekatan ini menuntut kreativitas pedagogis,
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85