Page 82 - Transformasi Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
P. 82

dengan  tingkat  kelayakan  tinggi  menurut  evaluasi  ahli.
               Penelitian lain oleh Nurprihardianti (2024) menunjukkan
               hasil  serupa,  di  mana  konten  berbasis  budaya  yang
               disajikan  secara  interaktif  berhasil  meningkatkan
               pemahaman  konsep sekaligus  menumbuhkan  apresiasi
               terhadap warisan lokal.
                      Kemajuan teknologi augmented reality (AR) dan
               virtual    reality   (VR)    membuka      kemungkinan
               menghadirkan pengalaman imersif yang sebelumnya sulit
               dicapai  di  kelas  konvensional.  Aplikasi  AR,  misalnya,
               dapat  memindai  motif  batik  untuk  menampilkan
               informasi  sejarah,  filosofi  warna  dan  coraknya  secara
               instan. AR juga mampu menghadirkan replika digital tiga
               dimensi  candi,  rumah  adat,  atau  alat  musik  tradisional
               yang  dapat  dilihat  secara  detail  dari  berbagai  sudut.
               Sementara  VR  memungkinkan  siswa  melakukan
               “kunjungan virtual” ke situs budaya yang sulit dijangkau,
               seperti kawasan konservasi, desa adat, atau museum di
               luar  daerah  mereka.  Menurut  Handayani  (2018),
               pemanfaatan  teknologi  ini  dalam  pembelajaran  tidak
               hanya  menarik  secara  visual  tetapi  juga  meningkatkan
               daya ingat, pemahaman konseptual, dan empati budaya
               karena  memberikan  pengalaman  sensorik  yang
               mendekati interaksi langsung.
                      Lebih  jauh,  pengemasan  kearifan  lokal  dalam
               media  digital  harus  memperhatikan  kesesuaian
               pedagogis  dan  keterjangkauan  teknologi.  Tidak  semua
               sekolah  memiliki  perangkat  VR  canggih  atau  koneksi
               internet  yang  stabil.  Oleh  karena  itu,  guru  dan
               pengembang  perlu  menerapkan  prinsip  “low-cost
               innovation”  seperti  membuat  aplikasi  AR  berbasis
               smartphone  standar,  memanfaatkan  platform  daring
               gratis  untuk  digital  storytelling,  atau  membuat  video
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87