Page 34 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 34

MENGINGAT ISLAMISASI  —  13


               bagi para penguasa muslim, atau mereka yang berpura-pura menjadi penguasa
               muslim, dalam jaringan kesultanan-kesultanan Gujarat, Benggala, dan Kepulauan
               Maladewa,  serta  dalam  berbagai  komunitas  Muslim  otonom  yang  hidup  di
               bawah penguasa nonmuslim seperti sang Zamorin di Calicut. Sementara itu, para
               penguasa Aceh yang kian percaya diri mengirim utusan kepada Sulayman Qanuni
               (berkuasa  1522–66)  memohon  bantuan  meriam  Utsmani  untuk  menyerang
               Malaka Portugis serta memenuhi ambisi regional mereka sendiri.
                    Walaupun begitu, meski berkali-kali dijanjikan, nyatanya campur tangan
               Utsmani  hanya  terbatas.  Memang  banyak  tentara  bayaran  dari Turki  dan
               sekutu dari Abisinia, Mesir, dan Gujarat diketahui terlibat pertempuran dari
               Dataran Tinggi Batak di Sumatra hingga Pulau Ternate di Maluku—tempat
               Sultan Bab Allah (berkuasa 1570–84) berhasil mengusir orang-orang Iberia
               pada  1575. Adapun meriam “Utsmani”  yang terkenal di Aceh sebenarnya
               dibuat oleh para penguasa Turki di Gujarat. Juga, sumpah setia bangsa Aceh
               kepada sultan Utsmani barangkali dibuat-buat oleh seorang makelar rempah
               ambisius,  yang  hanya  memberikan  sedikit  petunjuk  mengenai  perdebatan
               ajaran  yang  berlangsung  di  sebuah  istana  yang  akan  menjadi  lokasi  bagi
               perdebatan yang benar-benar sangat terkenal. 32


               ACEH, BANTEN, DAN MATARAM PADA ABAD KETUJUH BELAS

                    Dan demikianlah, di antara kerumunan sebagian orang berkata kepada
                    yang lain, “Betapa megahnya balairung Penguasa kita Yang Mulia. Banyak
                    negeri di bawah dan atas angin telah kita lihat, tetapi dari semua istana raja-
                    raja agung, tak satu pun bisa dibandingkan balairung Penguasa kita Yang
                    Sempurna. Sungguh, negeri Aceh Dar al-Salam adalah serambi Mekah!” 33

               Aceh abad ketujuh belas kerap dipandang sebagai model bagi Islam Indonesia,
               terutama  selama  masa  kesultanan  Iskandar  Muda  yang  gemar  berperang,
               hampir semasa dengan Sultan Agung di Jawa. Historiograf  modern kadang
               menampilkan Aceh sebagai pusat kekuasaan dan pengetahuan yang dianggap
               sepadan dengan Imperium Utsmani.  Ada kebenaran dalam hal ini. Raja-
                                               34
               raja Aceh seperti ‘Ali Mughayat Shah (berkuasa sekitar 1514–28) barangkali
               sudah mulai menugaskan penggantian batu nisan pada makam-makam kuno
               para  raja  Pasai  sebagai  usaha  untuk  mengklaim  kesinambungan  dengan
               tempat kelahiran Islamisasi regional. Para penguasa awal kemungkinan besar
               menyadari status mereka sebagai raja baru, seabad kemudian mereka semakin
               percaya diri dengan tempat mereka di Dunia (Islam). Iskandar II (berkuasa
               1636–1641), yang bandarnya mengirimkan rempah-rempah ke Mediterania
               dalam  kapal-kapal  Gujarat,  bahkan  memimpin  ziarah  ke  makam  “para
               leluhur” di Pasai pada akhir 1630-an. 35
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39