Page 43 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 43

22  —   INSPIRASI, INGATAN, REFORMASI


          menyalin karya Mawlana Jami (w. 1492) di bawah bimbingan al-Kurani. Pada
          akhirnya, dia memilih masuk tarekat Khalwatiyyah dan dibaiat di Damaskus
          oleh Ayyub al-Khalwati (1586–1661).
                                          62
              Ketika kembali ke Nusantara pada pengujung 1660-an, al-Maqassari,
          yang kemudian lebih dikenal sebagai Syekh Yusuf, disambut di Banten, tempat
          teman lamanya saat itu menduduki takhta sebagai Sultan Ageng Tirtayasa
          (berkuasa  1651–83).  Syekh  Yusuf  kemudian  menikah  dengan  keluarga
          kerajaan dan berkorespondensi dengan kalangan elite di tanah kelahirannya.
          Barangkali, inilah yang menjadikan Banten sebagai tempat mengungsi bagi
          orang-orang Makassar ketika gabungan pasukan Belanda dan Bugis menyerbu
          Gowa pada 1669.
              Syekh Yusuf banyak dikenal oleh orang-orang Indonesia saat ini karena
          memimpin perlawanan terhadap Belanda di Banten setelah campur tangan
          VOC pada 1683. Setelah penangkapan dan pengasingan Sultan Ageng, Syekh
          Yusuf mengambil alih komando selama beberapa pekan dari Karangnunggal.
          Syekh  Yusuf  ditangkap  Belanda  pada  Desember  1683  dan  diasingkan  ke
          Ceylon. Dia terus menulis surat untuk komunitas di tanah airnya dari pulau
          itu  hingga  1693  ketika  dikirim  lebih  jauh  lagi  ke  barat  menuju Tanjung
          Harapan. Di tempat inilah Syekh Yusuf meninggal pada 1699.
              Selama  masa  pengasingan  Syekh  Yusuf  tetap  menjadi  saluran  bagi
          otoritas  tarekat  di  kawasan  yang  dia  tinggali.  Hal  ini  kemudian  menjadi
          teladan  bagi  peniruan  retrospektif  di  tempat-tempat  tertentu  dia  pernah
          aktif. Sajarah Banten dan variasi Melayu-nya, Hikayat Hasan al-Din, berusaha
          mencocok-cocokkan beberapa koneksi Khalwati yang dimiliki Syekh Yusuf
          dengan muhaqqiqin terkemuka, kepada Sunan Gunung Jati pada permulaan
          abad keenam belas. Sajarah bahkan menggembar-gemborkan mereka dalam
          hal-hal tertentu dengan menjadikan salah seorang wali mereka sebagai seorang
          sayyid,  yang  secara  rutin  berkomunikasi  dengan  Nabi,  belum  lagi  dengan
          sekian Suf  masyhur yang belum tentu hidup pada masa yang sama dengannya
          atau berada di Mekah pada saat dia konon berhaji. Para Suf  tersebut termasuk
          Mawlana Jami, serta ahli f kih Kairo, Zakariyya’ al-Ansari (1420–1520) dan
          muridnya ‘Abd al-Wahhab al-Sya‘rani (1493–1565). 63
              Karya-karya Zakariyya’ al-Ansari dan ‘Abd al-Wahhab al-Sya‘rani bisa
          dibilang baru memberikan pengaruh besar pada abad kedelapan belas dan
          kesembilan  belas,  justru  saat  keduanya  sudah  lama  meninggal.  Sebuah
          laporan  kerajaan  yang  lebih  bisa  diandalkan  dari  Gowa,  ditulis  beberapa
          waktu sebelum 1729, mencatat kedatangan wakil utama Syekh Yusuf, ‘Abd
          al-Basir (alias Tuang Rappang, w. 1723) dari Banten pada 1678, yang disusul
          oleh anggota rombongannya dari Cirebon pada 1684.  Terdapat bukti kuat
                                                        64
          mengenai kegiatan Khalwati di Sulawesi pada 1688 ketika seorang pendeta
          Prancis, Nicholas Gervaise (sekitar 1662–1729), menerbitkan sebuah laporan
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48