Page 75 - EBOOK_Sejarah Islam di Nusantara
P. 75

54  —  INSPIRASI, INGATAN, REFORMASI


          Jawa secara keseluruhan sebenarnya terbukti membawa berkah bagi wilayah
          perdikan. Status perdikan dilindungi dan diabsahkan oleh kolonial. Juga sangat
          mungkin bahwa independensi sebagian ulama meningkat setelah dimulainya
          Sistem Tanam Paksa pada 1830.  Meskipun memaksa banyak petani menanam
                                    30
          tanaman niaga, seperti tebu, nila, dan kopi untuk negara, tanam paksa juga
          memungkinkan  sekelompok  minoritas  untuk  menjadi  pemilik  tanah  yang
          luas; termasuk para guru agama dan orang-orang tanggungan mereka yang
          mampu mempertahankan (atau memalsukan) status bebas pajak mereka.
              Pada  1855  seorang  pengamat  Belanda  mencatat  bahwa  banyak
          kompleks perdikan bisa dikatakan “termasuk yang paling baik, paling kaya,
          dan berpenduduk paling banyak” di Jawa. Seorang misionaris lain menunjuk
          pertumbuhan  desa-desa  perdikan  sebagai  penyebab  utama  Islamisasi  Jawa
          secara berkelanjutan.  Pandangan ini didukung oleh survei yang dilaksanakan
                           31
          pada 1882, yang mendaftar keberadaan sekitar 244 perdikan dengan “wilayah
          sakral” yang kerap menikmati akses tak terbatas terhadap perdagangan kopi. 32
              Dampak  lain  kekuasaan  Belanda  yang  menguntungkan  adalah
          terbukanya jaringan komunikasi. Jalan Raya Pos, yang diselesaikan pada 1808
          dan jalan-jalan pendukungnya menjadi sarana para santri untuk berpindah
          dari satu pondok ke pondok yang baru serta sarana para penilik Belanda untuk
          mengawasi  perkebunan.  Pada  akhir  1840-an  pondok-pondok  yang  terletak
          di  sekitar  kota-kota  perdagangan  utama  menjadi  simpul-simpul  penting
          pertukaran intelektual. Dari sini para murid dengan tingkat pendidikan lebih
          tinggi bisa pergi ke pelabuhan-pelabuhan yang lebih besar dan memanfaatkan
          kehadiran lebih banyak cendekiawan Arab. Dua tujuan utama dalam jaringan
          ini  adalah  Surabaya,  tempat  klan  Habsyi  bisa  dijumpai,  dan  Singapura,
          tempat  tinggal  ‘Abd  al-Rahman  al-Saqqaf  dan  Salim  b.  Sumayr  yang  kitab
          pengantarnya, Saf nat al-najah (Perahu Keselamatan), populer di kawasan ini. 33
              Kita sekarang juga mulai mengidentif kasi para tokoh Jawi kunci yang
          aktif di simpul-simpul tersebut. Tokoh termasyhur pada pertengahan abad
          barangkali  adalah  Kiai  ‘Ubayda.  Guru  ini  mengklaim  sebagai  keturunan
          Sunan Ampel dan memimpin sebuah pesantren di Sidosremo, dekat Surabaya.
          Sementara itu, banyak rekan sezamannya yang menonjol di Mekah. Mereka
          ini termasuk Junayd dari Batavia dan Zahid dari Solo (yang seguru dengan
          Diponegoro), serta seorang cendekiawan lain yang lebih tua dan memperoleh
          pujian universal, yaitu ‘Abd al-Ghani dari Bima, Sumbawa. ‘Abd al-Ghani
          dikenal sebagai murid ‘Abd al-Samad al-Falimbani. Dia mengkhususkan diri
          dalam pengajaran f kih di Malaya dan masih dikenang dengan penuh cinta
          pada 1880-an, nyaris sebagai wali dan guru terkemuka bagi seluruh generasi
          cendekiawan Jawi. 34
              Terdapat  banyak  cendekiawan  semacam  ‘Abd  al-Ghani  yang  dikenal
          karena  ajaran  mereka,  tetapi  hanya  sedikit  yang  tersisa  dari  kontribusi
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80