Page 119 - EBOOK_Modal Sosial Petani Dalam Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Daerah
P. 119

Pemanfaatan Modal | 99


             tersebut menjadi mata pencaharian pokok mereka. Di sela-sela masa
             tanam  selesai  mereka  mencari  pekerjaan  lain  sebagai  tambahan.
             Karena  lahan  bertani  merupakan  sumber  utama,  maka  mereka
             berusaha  agar  hasil  pertanian  mereka  berhasil/tidak  gagal.  Dalam
             hal  ini,  mereka  sangat  mengusahakan  keselamatan  pangannya
             terpenuhi. Dalam istilah Roumasset (dalam Scott, 1981; 26) dengan
             “dahulukan  selamat”,  sedangkan  Scott  (1981;  23)  menyebutnya
             dengan ekonomi subsistensi.
                  Konsep  “dahulukan  selamat  ”  atau  subsistensi  ini  berarti
             petani lebih meminimumkan kemungkinan terjadinya satu bencana
             dari  pada  memaksimumkan  penghasilan  rata-ratanya.  Strategi  ini
             mengesampingkan pilihan-pilihan yang meskipun memberi harapan
             akan  mendatangkan  hasil  bersih  rata-rata  yang  lebih  tinggi,
             mengandung  risiko-risiko  kerugian  yang  besar  yang  dapat
             membahayakan      subsistensinya.   Persoalan-persoalan   seperti
             kemungkinan keuntungan yang diperoleh, peningkatan hasil di tiap
             lahan,  produktivitas  tenaga  kerja,  pada  hakikatnya  merupakan
             persoalan  nomor  dua.  Agar  mengurangi  biaya  yang  lebih  besar
             dalam  melaksanakan  pertaniannya,  petani  menggunakan  konsep
             gotong-royong.   Gotong-royong    ini   selain   berfungsi   untuk
             meningkatkan solidaritas dan nilai-nilai sosial juga berfungsi sebagai
             alat  penggerak  sosial  atas  kemampuan  individu  yang  minimum
             dalam menyelesaikan masalahnya.
                  Persoalan  di  atas  juga  dialami  oleh  petani,  khususnya  petani
             pertanian  organik.  Beberapa  wawancara  yang  dilakukan  kepada
             petani  non-organik  (konvensional)  menyatakan  bahwa  pertanian
             dengan sistem organik lebih baik dan lebih menguntungkan petani.
             Namun, petani tersebut tidak mau merubah pola pertanian dari yang
             non-organik  (konvensional)  ke  pertanian  organik.  Berikut  ini
             pernyataan yang diberikan oleh Pak Andoyo, sebagai berikut:
                           “Para  petani  akan  sulit  pindah  menjadi
                           petani  dengan  sistem  pertanian  organik
                           karena  sudah  menjadi  budaya  bagi
                           mereka,  walau  sebenarnya  pertanian
                           tersebut  menguntungkan.  Kenapa  bisa
                           begitu?  Karena  petani  tersebut  tidak
                           berani    menanggung      risiko   kalo
                           pertaniannya  rusak/gagal.  Siapa  yang
                           mau  menanggung  kebutuhan  mereka,
                           jika   pertaniannya    gagal/rusak    ?
                           (Wawancara, 25 April 2010)”.
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124