Page 101 - Layla Majnun
P. 101
dan memohon belas kasih, namun si iblis hitam itu terus melanjutkan
ucapannya.
“Wanita tetaplah wanita, Majnun! Apakah kau berharap ia
berbeda dari lainnya? Mereka semua sama saja, tidak tetap pendirian,
tak dapat ditebak serta berwajah dua. Ia sama saja seperti wanita-
wanita lainnya, dan wanita-wanita lainnya sama saja sepertinya.”
“Kemarin, kau menjadi sesosok pahlawan di matanya; hari ini
kau adalah iblis yang menyamar sebagai manusia! Kemarin, kau adalah
segalanya baginya; hari ini kau tak berarti sama sekali! Memang benar
bahwa wanita memiliki hasrat seperti kita, namun hasrat mereka hanya
digerakkan oleh kepentingan pribadi semata: ada kemunafikan serta
kebohongan dalam apapun yang mereka lakukan.”
“Memalukan sekali caramu mempercayainya sedari awal!
Apakah pria dapat mempercayai wanita? Jika kita mempercayai wanita
maka ia akan membalas kepercayaanmu dengan siksaan. Dan kau pasti
akan menyalahkan dirimu sendiri!”
“Mengapa demikian? Karena seorang pria yang mempercayai
seorang wanita patut disiksa; seorang pria yang mempercayai seorang
wanita dan meyakini bahwa wanita itu akan setia kepadanya adalah
pria bodoh dan dengan demikian ia patut menerima siksaan!”
“Lagipula, apalah artinya wanita? Seorang wanita tak lebih
dari jamban penuh kepalsuan dan kesombongan, kekejaman serta
kebohongan.
“Memang benar, pada sampul luarnya wanita tampak bagaikan
tempat berlindung yang menjanjikan ketenangan; meskipun begitu, galilah
lebih dalam, dan yang akan kau dapatkan hanyalah gelombang masalah
serta kekacauan. Sebagai musuhmu, ia merusak seluruh dunia dan mem-
buatnya menentangmu; sebagai temanmu, ia merusak jiwamu. Jika kau
berkata ‘Lakukan ini!’, bisa dipastikan bahwa ia takkan melakukannya;
jika kau katakan ‘Jangan lakukan ini!’, bisa dipastikan ia akan pergi ke ujung
dunia dan melakukannya! Saat kau menderita, ia akan bahagia; ketika kau
bahagia, ia akan berada di neraka. Begitulah kaum wanita, temanku, dan
kau harus mengingatnya.”