Page 106 - Layla Majnun
P. 106

ada! Ia bersembunyi di sebuah gua kecil terpencil yang mirip dengan lubang
            api neraka. Aku tak menyarankan kalian ke sana – kecuali jika kalian tak
            takut kematian!”
                   Para pendamping si tua Sayyid memohon agar mereka kembali
            pulang saja, namun Sayyid menolak permintaan mereka. Dan berangkatlah
            mereka; kali ini menuju arah yang diberikan oleh sang Bedouin, dan setelah
            melakukan perjalanan selama sehari penuh, mereka akhirnya tiba sampai
            tujuan.
                   Tempat itu begitu terisolir, begitu suram, sehingga membuat
            para pencarinya menangis. Dan ketika mereka menemukan Majnun –
            setidaknya makhluk yang mereka anggap sebagai Majnun – tangisan
            mereka semakin keras. Si tua Sayyid tak mengenalinya sebagai manusia,
            apalagi sebagai darah dagingnya sendiri. Majnun tak lebih dari beberapa
            tulang belulang yang kurus, yang disatukan oleh kain-kain kotor dan com-
            pang-camping. Ia merangkak bagaikan hewan buas, bagaikan roh menge-
            rikan dari neraka yang bangkit dari waktu ke waktu untuk menghantui
            manusia. Rambutnya kusut, kulitnya berlumur debu, ia menggeliat di atas
            pasir bagaikan ular yang berada di ujung kematian. Pemandangan itu meng-
            getarkan hati siapapun yang melihatnya, bahkan mereka-mereka yang
            berhati keras sekalipun.
                   Dibanjiri oleh rasa cinta dan iba, oleh keharuan serta penderitaan,
            si tua Sayyid terjatuh dan mendekap putranya di dadanya. Dengan halus,
            ia membelai wajah putranya, membersihkan debu dan kotoran dari wajah
            putranya dengan airmatanya sendiri. Majnun memandang ke arah ayah-
            nya, namun ia tak melihatnya. Siapakah pria tua ini dan untuk siapakah
            ia menangis? Ia menatap wajah ayahnya dalam-dalam, namun ia tak me-
            ngenalinya. Bagaimana mungkin ia dapat mengenali ayahnya jika ia tak
            bisa mengenali dirinya sendiri? Ia menatap mata pria tua itu dan berkata,
            “Siapakah Anda? Dari mana asal Anda? Apa yang Anda inginkan dari
            saya?”
                   “Aku telah mencarimu selama ini, putraku,” sahut si tua Sayyid.
                   Ketika Majnun mendengar suara ayahnya, akhirnya ia mengenali
            siapa sosok asing yang berada di hadapannya. Ia bergerak maju dan men-
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111