Page 30 - Layla Majnun
P. 30
oleh penampilan serta tingkah lakunya yang aneh. Dalam keadaan tak
sadar, ia tak memedulikan mereka. Namun ketika ia mulai mendendang-
kan sajak dan menyanyikan lagu cinta, ketertarikan mereka terhadap
Majnun berkurang dan mereka mulai merasakan simpati untuknya. Api
yang menyala di hatinya telah menyentuh hati mereka juga, dan begitu
soneta dan ode indah itu keluar dari bibirnya, hati para pendengarnya
bergetar dan sebagan besar dari mereka mulai menangis bersamanya.
Namun Majnun tak memperhatikan semua ini; ia bahkan tak
menyadari bahwa dirinya diikuti. Ia juga tak menyadari keberadaannya:
seolah ia tak lagi ada, seolah namanya telah dihapus dari buku catatan
Ciptaan-Nya, membuatnya melupakan dirinya. Hatinya telah hancur, sinar
hidupnya telah sirna, jiwanya telah kehilangan keinginan untuk hidup
dan kini hanya berkibar-kibar tak berdaya menanti datangnya kematian.
Pada akhirnya, ia merasakan seluruh kekuatannya keluar dari
semua anggota tubuhnya, ia jatuh berlutut seolah akan berdoa. Dengan
bibir kering ia berteriak, “Demi Allah, siapakah yang dapat menyembuhkan
rasa sakitku? Aku adalah orang yang terasing, orang buangan dan yatim
piatu. Di manakah rumahku? Di mana teman-teman serta keluargaku?
Aku terputus dari mereka dan mereka tak berusaha untuk mencari jalan
ke arahku. Dan aku terpisahkan dari satu-satunya orang yang kucintai.
Namaku bagaikan kotoran dan reputasiku hancur, seperti sebuah gelas
kristal yang hancur oleh batu takdir. Duniaku dulu dipenuhi dengan musik
kebahagiaan; kini yang kudengar hanyalah bunyi genderang perpisahan.
“Layla, cintaku, kekasihku! Aku adalah budakmu, korbanmu:
aku adalah seorang pemburu yang terjebak dalam sebuah permainan!
Jiwaku tak dapat melakukan apapun, ia hanya dapat mengikuti gadis
yang memiliki hatiku. Jika ia berkata, ‘Minumlah anggur cinta dan mabuk-
lah kau!’ maka aku harus menurutinya; jika ia berkata, ‘Jadilah gila karena
hasratmu!’, siapa yang harus kutentang? Tak mungkin seorang pria gila
seperti Majnun akan dapat ditaklukkan, jadi jangan coba melakukannya.
Harapan apa yang dimiliki oleh hati yang hancur seperti hatiku? Satu-
satunya harapanku hanyalah bumi akan terbuka lebar dan menelanku
bulat-bulat, atau halilintar akan menyambar melalui surga dan meng-