Page 33 - Layla Majnun
P. 33
Aku sendirian dan tanpa teman: satu-satunya temanku hanyalah bayang-
anku, dan bahkan dengannya aku tak sanggup mengatakan sejujurnya
tentang cintaku kepadamu, kalau-kalau ia merasa cemburu dan berusa-
ha mengambilmu dariku. Apa yang bisa kulakukan? Dapatkah aku ber-
harap? Seorang pria yang tersiksa oleh dahaga memimpikan aliran air
yang segar dan jernih, namun kala ia terbangun yang ada hanyalah butir-
an-butiran pasir. Tapi apalah artinya semua itu? Apapun yang terjadi
kepadaku, takkan ada yang dapat menghancurkan cinta yang ada di
hatiku untukmu. Memang benar semuanya adalah sebuah misteri, sebuah
teka- teki, sebuah gembok tanpa kunci, sebuah buku yang tak dapat dibuka,
sebuah kode rahasia yang tak dapat dipecahkan oleh siapapun. Cintaku
untukmu adalah bagian dari diriku; rasa itu memasuki nadiku bersamaan
dengan air susu ibuku, dan rasa itu hanya akan pergi jika jiwaku mening-
galkan tubuhku. Itu saja yang pasti.”
Begitu suaranya semakin melemah, kaki Majnun pun melemah
dan akhirnya ia terjatuh. Mereka-mereka yang mendengarnya berbicara,
bergerak maju untuk menolongnya; dengan perlahan mereka meng-
angkatnya dan membawanya pulang ke kediaman orangtuanya.
Waktu berlalu, namun cinta sejati itu tetap ada. Kehidupan di
dunia ini tidak lebih dari serangkaian tipu muslihat serta pandangan yang
menyesatkan. Namun cinta sejati adalah sesuatu yang nyata, dan api
yang menjadi bahan bakarnya akan menyala selamanya, tanpa sebuah
awalan dan tanpa sebuah akhiran. Dan begitulah, Majnun menjadi terkenal
di seluruh penjuru tanah itu sebagai seorang pecinta, karena api cinta
sejati yang menyala di jiwanya bagaikan obor yang terus menyala hingga
akhir hayatnya.