Page 32 - Layla Majnun
P. 32

“Layla, aku telah terjatuh. Aku terjatuh dan aku tak tahu harus
            berbuat apa. Datanglah sayangku dan genggam tanganku. Datang dan
            sentuhlah diriku, karena aku tak sanggup lagi menghadapi kesendirian
            ini. Aku adalah milikmu, datang dan bawalah aku pergi: aku akan lebih
            berguna bagimu dalam keadaan hidup daripada mati. Berbaik hatilah
            kepadaku dan berikan pertanda; kirimkan pesan untuk menghidupkan
            jiwaku kembali. Mengapa kau tak kunjung datang? Mengapa mereka
            menawanmu ketika seharusnya aku, si orang gilalah yang terikat oleh
            rantai? Datang dan bebaskan aku, cintaku! Demi Allah, lakukan sesuatu!
            Hidup dengan cara seperti ini jauh lebih menyakitkan daripada kematian:
            datanglah dan tolong akhiri siksaan ini! Jangan biarkan semuanya seperti
            ini; tidaklah benar jika kau hanya duduk di sana tanpa melakukan apa pun.
            Tidakkah kau merasa kasihan kepadaku? Tidak, sepertinya tidak. Bagaima-
            napun juga mereka-mereka yang hidup dalam kenyamanan takkan bisa
            merasakan belas kasih bagi kaum teraniaya. Apa yang diketahui kaum
            kaya tentang kemiskinan? Apa pedulinya mereka-mereka yang berperut
            kenyang terhadap orang-orang yang kelaparan? Kita berdua adalah
            manusia: tidakkah kau memiliki rasa kemanusiaan sedikit pun? Apakah
            kau akan tetap merekah dan berkembang sementara aku akan layu dan
            mati?
                   “Kau memiliki kekuatan untuk membawa kedamaian bagi jiwaku,
            namun kau tetap saja menyembunyikannya dariku. Apa yang telah kula-
            kukan hingga aku layak menerima semua ini? Kau tidak hanya telah men-
            curi hatiku, tapi mengapa kau juga mencuri kesadaranku? Terlepas dari
            kenyataan bahwa aku mencintaimu, dosa apa yang telah kuperbuat hingga
            aku pantas diperlakukan seperti ini?
                   “Aku tidak meminta banyak: hanya satu malam –satu malam
            dari seribu malam– itu yang kupinta. Selain rasa cintaku kepadamu, aku
            tak memiliki apapun: segalanya telah kutinggalkan, kupertaruhkan, dan
            akhirnya aku kehilangan semua itu.
                   “Kumohon, jangan tolak diriku. Jika kau marah kepadaku, padam-
            kan kemarahanmu dengan airmataku. Sayangku, kaulah sang rembulan
            dan aku adalah bintang yang telah jatuh ke bumi karena merindukanmu.
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37