Page 35 - Layla Majnun
P. 35
memohon ampunan serta pertolongan dari Allah. Mengapa tidak menga-
jak Majnun ke Makkah?
“Bagaimanapun juga,” kata salah seorang tetua, “hanya Allah
yang dapat membuka gembok yang tak dapat dibuka oleh manusia yang
lemah. Mungkin Allah, dengan belas kasihnya, akan memberikan perto-
longan dan menyembuhkan bocah yang hancur karena penderitaannya.
Ka’Bah adalah tempat untuk berdoa dan merenung bagi umat manusia
dan juga para malaikat; Ka’Bah adalah altar bagi surga dan bumi, di mana
setiap manusia memohon ampunan dan juga pertolongan Allah. Jadi, ba-
gaimana mungkin Allah tidak membantu kita?”
Ayah Majnun sepakat dengan ide tersebut, dan pada hari per-
tama di bulan terakhir pada tahun itu –bulan dilaksanakannya ibadah
haji– ia berangkat menuju Makkah dengan menggunakan sebuah karavan
kecil yang ditarik oleh unta. Majnun, yang masih terlalu lemah untuk
berjalan, diangkut dengan sebuah tandu, bak seorang bayi yang tidur
di sebuah boks.
Akhirnya mereka tiba di Makkah dan mulai mendirikan perke-
mahan. Seperti yang telah dilakukannya di sepanjang perjalanan, Sayyid
memberikan derma dengan melempar-lemparkan emas di keramaian
seolah yang dilemparkannya hanyalah butiran-butiran pasir. Hatinya yang
terbebani oleh keputusasaan segera terasa ringan begitu ia melihat Ka’bah
dengan ribuan manusia berjubah putih berjalan mengelilinginya seperti
ngengat-ngengat mengelilingi nyala lilin. Ia tak sabar lagi menunggu tiba
saatnya ia menyerahkan putranya yang sakit ke hadapan Allah dan berdoa
memohon bantuan-Nya.
Akhirnya tibalah saatnya bagi mereka untuk melakukan ibadah
tersebut. Perlahan ia menggandeng lengan putranya, Sayyid berkata,
“Putraku, ini adalah Rumah Suci, rumah bagi mereka-mereka yang tak
punya teman. Ini adalah Rumah Suci yang dapat menyembuhkan segala
macam penyakit, bahkan penyakit-penyakit yang tak ada obatnya sekali
pun. Ya, putraku, di sinilah tempat –jika Allah menghendak– di mana babak
hidupmu akan berakhir dan dimulailah babak yang baru. Kita telah datang