Page 41 - Layla Majnun
P. 41

yang kau lakukan di tempat ini? Apakah ada yang bisa kulakukan untuk-
              mu?”
                     Ia mengulangi pertanyaannya lagi dan lagi, namun Majnun tak
              memberikan jawaban. Akhirnya sang Bedouin menyerah dan pergi me-
              ninggalkannya, begitu tiba di tempat tujuannya, ia bercerita kepada ke-
              luarganya tentang apa yang telah dilihatnya dalam perjalanan. “Sesosok
              manusia,” jelasnya, “tampak jelas bahwa ia pria gila yang sedang kesa-
              kitan, menggeliat-geliat di bawah semak berduri seperti seekor ular yang
              terluka. Rambutnya kotor dan kusut, pakaiannya compang-camping, dan
              yang tersisa dari tubuhnya hanyalah tulang dan kulit.”
                     Berita mengenai pertemuan pria ini dengan Majnun akhirnya
              sampai di telinga Sayyid, yang dengan segera melakukan perjalanan untuk
              menemukan putranya dan membawanya pulang dari alam liar. Ketika
              akhirnya menemukan putranya, Majnun tampak persis seperti yang telah
              dideskripsikan oleh si Bedouin: pucat, kurus, kotor dan kebingungan. Ia
              terisak, berdiri, terjatuh lagi, mengerang, dan mulai menggeliat di tanah.
              Pria tua itu membungkuk, meletakkan tangannya di bawah kepala putranya
              dan memandang kedua matanya. Awalnya Majnun tidak mengenali ayah-
              nya, baru setelah Sayyid mulai berbicaralah Majnun menyadari siapa yang
              telah datang untuk menolongnya. Saat itulah air mata Majnun turun se-
              makin deras begitu ia mendekap ayahnya. Lalu, ketika tangisnya telah
              reda, ia berkata, “Ayahku tersayang, maafkan aku! Jangan tanyakan bagai-
              mana keadaanku, karena ayah bisa melihat sendiri bahwa tak banyak
              yang tersisa dari hidupku. Kuharap ayah tak melihatku dalam keadaan
              seperti ini; melihat wajah ayah yang bak malaikat sementara wajahku
              penuh debu dan rasa malu, aku tak bisa menjelaskannya. Maafkan aku,
              ayahku, tapi ketahuilah: semua ini bukanlah salahku, karena sebenarnya
              benang takdirku berada di tangan orang lain…  ”
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46