Page 42 - Layla Majnun
P. 42
8
Sekuntum Bunga yang Terkoyak
Mengapa kau berikan hatimu kepada mawar yang mekar tanpa
kehadiranmu, sementara kau masih tetap berkubang dalam debu?
Hanya hati sekeras batulah yang mampu menghancurkan hati seperti
milikmu…
D
engan frustrasi, Sayyid merobek sorbannya dan membuangnya di
tanah dengan putus asa. Dunianya telah hancur; hari-harinya telah
berganti menjadi malam yang tak berkesudahan. Ia bernapas dengan
keras dan berusaha untuk mendapatkan kembali ketenangannya. Dengan
kekuatan serta keberanian, ia mulai bicara, “Kau dulu pernah menjadi
sekuntum bunga –bungaku– tapi kini kelopakmu telah remuk dan terkoyak
dan aku tak lagi mengenalimu! Lihatlah dirimu! Kau bocah belia yang
dibodohi oleh cinta! Siapa yang telah menjatuhkan kutukan kepadamu?
Dosa apa yang telah kau perbuat sehingga kau harus menanggung akibat
yang seperti ini? Kau akan mati: katakan kepadaku, siapa yang telah men-
dorongmu hingga ke tepian seperti ini?”
“Ya, memang kau masih muda, dan kebodohan-kebodohan yang
dilakukan oleh anak muda dapat dimaafkan. Namun kebodohan hingga
ke titik ini? Ini bukan lagi kebodohan –ini murni kegilaan. Bukankah pende-
ritaanmu sudah cukup? Bukankah hatimu telah merasakan sakit? Cukup