Page 85 - Layla Majnun
P. 85
“Apapun dirimu, dengarkan aku baik-baik: jika kau terbang di ang-
kasa dan bertemu dengan kekasihku tercinta, sampaikan pesanku ke-
padanya.”
Dan Majnun mulai mengungkapkannya:
Selamatkan aku dari lubang kesunyian,
Karena sinar hidupku memudar di tengah alam liar ini.
‘Jangan takut, karena aku adalah milikmu!’ katamu;
Jika itu benar, datanglah – atau biarkan mereka menemukanku dalam
keadaan mati.
Ketika terperangkap, jeritan si domba terlambat didengar
Jeritan ‘Serigala!’ yang mungkin dapat mengubah takdirnya.
Begitu Majnun sampai di akhir sajaknya, si burung gagak melon-
cat lebih jauh dan lebih jauh lagi ke ujung dahan. Lalu dengan kepakan sa-
yapnya, ia terbang dari ujung dahan itu dan membumbung tinggi. Tak lama
kemudian ia telah hilang dari pandangan, ditelan oleh kegelapan malam.
Hari telah berakhir, yang ada kini hanyalah malam. Kelelawar be-
terbangan begitu senja memudar dan kegelapan bertambah. Langit tam-
pak lebih gelap daripada jubah si burung gagak; tapi memang benar bahwa
malam tampak seperti burung gagak, berwarna hitam bagaikan tinta.
Dan begitu burung-burung malam mengepakkan sayap-sayap mereka
di langit, sekali lagi mata-mata bagaikan permata menatap ke arah Majnun
– kini yang dilihatnya bukan hanya sepasang mata namun ratusan ribu,
besar dan kecil, dekat dan jauh, bersinar-sinar di atas kepalanya. Untuk
menghindari tatapan mereka, Majnun menutupi wajahnya dengan kedua
tangannya.
Lalu ia duduk dan menangis.