Page 90 - Layla Majnun
P. 90
Tak ada lagi yang dapat dikatakannya. Dengan tangisan yang
menyayat hati, ia bangkit dari tanah dan ekspresi wajahnya berubah de-
ngan kemarahan. Bagaikan seorang pria yang dirasuki iblis, ia menyambar
rantainya dengan kedua tangan dan entah dengan kekuatan apa, ia dapat
merobek rantai itu dari tubuhnya dan membuangnya ke pasir. Lalu ia ber-
lari. Ia melarikan diri dari si wanita tua, dari tenda Layla, dari oase tersebut,
dari semua manusia dan menuju pegunungan pasir Najd.
Satu demi satu teman serta sanak saudaranya mendengar kabar
tentangnya: semuanya merasa sedih kala mendengar berita itu, namun
beberapa dari mereka justru terkejut. Kelakuan Majnun telah mengkha-
watirkan mereka, tapi apa yang dapat mereka lakukan? Sebuah pertemu-
an pun diadakan dan sejumlah sanak saudara Majnun dikirim untuk men-
carinya. Ketika mereka akhirnya menemukannya, jauh di atas tempat
persembunyiannya yang terisolir, mereka menyadari bahwa satu-satunya
hal yang diingat oleh Majnun adalah Layla dan cintanya untuk gadis itu;
ia tak lagi ingat dengan masa lalunya. Mereka berusaha untuk menye-
garkan kembali ingatannya dengan menyebutkan nama-nama teman
serta sanak saudaranya lalu orang-orang serta tempat-tempat yang di-
kenalnya. Majnun hanya terdiam sambil menutup matanya, seolah ia
merasa terlalu lelah untuk berpikir. Seluruh usaha untuk membuatnya
sadar dan membuat akal sehatnya kembali ternyata gagal; pada akhirnya,
sanak saudara Majnun menyerah dan kembali menuju kota. Saudara-
saudaranya yang lain mencoba untuk membujuknya, namun tetap tak
berhasil, hingga akhirnya bahkan ayah serta ibunya pun harus membuang
harapan bahwa putra tercinta mereka akan kembali.