Page 92 - Layla Majnun
P. 92

“Dan tentang si maniak itu, si iblis gila Majnun – jika saja ia me-
            maksa dirinya, seperti yang telah ia coba lakukan, pasti ia akan merusak
            semuanya. Tak perlu dikhawatirkan lagi. Meskipun Nowfal telah meme-
            nangkan pertempuran dengan adil – tentu saja, karena ia berperang de-
            ngan bersungguh-sungguh atas nama Allah – berkat kemahiranku berun-
            ding, ia telah pergi dan kita selamat.”
                   Layla mendengarkan, sambil tersenyum dan menganggukkan
            kepalanya, namun hatinya hancur. Ia merasa bahwa tak lama lagi ia akan
            mati karena rasa sedihnya yang teramat besar, tapi tentu saja ia tak dapat
            mengungkapkan perasaannya.
                   Sepanjang hari ia merana dalam diam, berpura-pura tersenyum
            dan tertawa, berusaha menanggapi jika diajak bicara, namun kala malam
            tiba ia segera berbaring di atas tempat tidurnya dan menangis hingga
            airmatanya tak lagi dapat keluar. Di saat itulah ia merasa aman dari mata-
            mata yang mengintainya.
                   Kediaman orangtuanya telah menjadi penjara baginya; tidak,
            lebih tepatnya makam, karena ia merasa dirinya telah mati. Ia menjaga
            rahasia cintanya bagaikan seorang penjaga yang bertugas untuk menjaga
            harta berharga, namun kerahasiaan itu ada harganya. Kenyataan bahwa
            tak ada seorang pun yang dapat ia percaya membuatnya merasa bak se-
            ekor burung yang terjebak dalam perangkap: ia merasa lelah akan pende-
            ritaannya dan mendambakan kebebasan, walaupun jika kebebasan itu
            berarti kematian.
                   Dan sementara ia menderita dalam keterdiaman, ia menung-
            gu dan mendengarkan bunyi hembusan angin, berharap bahwa hem-
            busan angin itu akan menyampaikan pesan kekasihnya.
                   Sementara itu, soneta serta ode karya Majnun yang memuji Layla
            dan kecantikannya telah tersebar ke seluruh pelosok Arab; sajak-sajak
            itu membuat Layla terkenal hingga membuat para pria-pria datang hendak
            meminangnya. Beberapa dari mereka menawarkan kebun serta hewan
            ternak, sementara yang lainnya menawarkan emas dan perak. Mereka
            semua merasa mabuk akan kecantikannya sehingga mereka berusaha un-
            tuk mengatur strategi serta muslihat demi mencapai tujuan. Namun betapa
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97