Page 94 - Layla Majnun
P. 94
Ketetapan hati mediator Ibn Salam sangatlah sulit untuk dapat
ditolak; yang lebih sulit untuk ditolak lagi adalah hadiah yang begitu banyak
yang telah dibawa oleh Ibn Salam. Bumbu-bumbu dari India, karpet dari
Persia, kain brokat dari Cina, wewangian dari Byzantium – tak diragukan
lagi bahwa setiap hadiah didesain untuk memuluskan permintaan Ibn
Salam dan untuk membantu membuka gembok yang telah terbuka sete-
ngahnya, berkat kemahiran sang mediator dalam berbicara.
Si mediator mulai menebarkan pesonanya kepada ayah Layla:
“Ibn Salam bukanlah pria biasa. Ia bagaikan singa, kebanggaan bagi selu-
ruh penjuru Arab! Kekuatannya sebanding dengan sepuluh orang terkuat
jika digabungkan dan ia adalah tulang punggung bagi pasukan mana pun.”
“Tapi ia bukan saja ulung saat memegang pedang, karena ke
mana pun ia pergi, ia selalu dituruti. Ke mana pun ia melangkah, kemash-
yurannya mendahuluinya. Kemuliaannya tak perlu dipertanyakan lagi,
kehormatan serta integritasnya tanpa cacat sedikit pun. Kemarahannya
tak ada bandingannya: jika memang harus ia akan menumpahkan darah
seolah hanya air semata. Kemurahan hatinya telah melegenda: jika perlu,
ia akan menebarkan emas seolah hanyalah butiran pasir semata.”
“Apakah ada alasan untuk menolak pria yang sehebat itu sebagai
menantu Anda? Jika Anda membutuhkan orang-orang yang dapat diper-
caya, maka ia akan mencarikannya untuk Anda. Jika Anda membutuhkan
perlindungan, maka ia akan mengabulkannya untuk Anda.”
Bagaikan hujan di musim semi, ucapan sang mediator menggu-
yur ayah Layla, nyaris tak memberikan kesempatan untuk menyahut. Apa
yang harus dilakukannya? Apa yang harus diucapkannya?
Bukankah ia telah menjanjikan putrinya kepada Ibn Salam? Sega-
lanya terjadi terlalu cepat dan ia lebih memilih untuk menunggu sedikit
lebih lama, namun faktanya tetaplah sama, ia telah membuat janji yang
tak dapat diingkari. Ia mencari-cari alasan atau jalan keluar namun tak
dapat ia temukan. Ia bagaikan seorang pria yang tiba-tiba saja dikejutkan
oleh sang musuh, berusaha keras mencari persenjataan terdekat untuk
membela dirinya, namun tak ia temukan satu pun.