Page 93 - Layla Majnun
P. 93

pun hebatnya mereka dalam hal membujuk, usaha mereka percuma saja:
              seluas apapun tanah, sebanyak apapun hewan ternak serta emas dan
              perak yang ditawarkan tak mampu meyakinkan hati ayah Layla. Baginya,
              Layla adalah sebuah berlian yang teramat berharga yang harus dijaga
              dengan kelembutan dan cinta kasih; baginya, ia adalah peti yang penuh
              berisi permata, dan kunci dari peti itu tak bisa diberikan dengan mudah
              kepada siapa pun. Layla merasa tersentuh oleh kasih sayang ayahnya dan
              menunjukkan rasa terima kasihnya dengan senyuman dan perhatian. Namun
              sesungguhnya senyuman yang disunggingkan di bibirnya itu palsu, karena
              di balik senyumnya, ia menangis; senyumannya bagaikan senyuman bunga
              mawar yang menyembunyikan duri-durinya.
                     Berita tentang datang dan perginya para peminang Layla sampai
              juga di telinga Ibn Salam, yang merasa marah dengan kenyataan bahwa
              ada begitu banyak tangan-tangan kotor yang berusaha untuk meraih
              permata yang dijanjikan akan menjadi miliknya. Kesabarannya diuji dan
              hasratnya membara, ia tak lagi dapat menghadapinya. Dengan segera ia
              menyiapkan sebuah karavan dengan muatan yang layak dimiliki oleh se-
              orang sultan: lima-puluh ekor keledai, masing-masing membawa bahan pem-
              buat ornamen dan wewangian berbagai aroma serta daging yang cukup
              untuk memberi makan satu pasukan. Unta-untanya, yang nyaris tak terlihat
              dibalik muatan yang penuh berisi kain indah, tampak bagaikan pegu-
              nungan kain sutra dan brokat yang bergerak. Ibn Salam sendiri mengena-
              kan pakaian bak raja, dan karavan itu bergerak dari satu oase ke oase lain-
              nya, dan memberikan emas kepada setiap orang yang ditemuinya.
                     Ia beserta rombongan mendirikan perkemahan di dekat perke-
              mahan Layla dan sukunya, dan ia mengizinkan rombongannya untuk ber-
              istirahat sebelum mengirimkan seorang mediator untuk menghadap kelu-
              arga Layla. Mediator ini adalah seorang pria yang memiliki kemampuan
              hebat dalam hal berbicara, sangat mahir dalam menggunakan kata-kata.
              Ia dapat merajut mantera dengan kata-kata; begitu efektifnya ucapannya
              hingga ia dapat melelehkan hati yang sedingin es; begitu hebatnya kemam-
              puannya hingga ia dapat membangkitkan mereka-mereka yang telah mati
              hanya dengan kekuatan logika serta argumennya.
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98