Page 88 - Layla Majnun
P. 88
yang begitu berat – dan mereka memberikan uang kepada kami karena
kebaikan hati mereka. Berapapun yang kami dapatkan, hasil itu selalu kami
bagi dua.”
Majnun terjatuh di pasir dan mulai memohon kepadanya, “Demi
Allah, lepaskan rantai ini dari tangan serta kaki pria malang ini, dan pasang-
kan pada tubuhku, karena akulah yang seharusnya dirantai, bukan dirinya!
Kau lihat sendiri bagaimana gilanya diriku!”
“Ya, aku adalah salah seorang dari mereka-mereka yang kurang
beruntung yang jiwanya terkoyak oleh cinta. Ikatlah aku dan izinkan aku
turut serta bersamamu! Biarkan aku jadi tontonan dalam ikatan rantai
ini dan berapapun uang yang kau dapatkan seluruhnya akan menjadi milik-
mu; aku tak tertarik dengan uang.”
Wanita itu tak berpikir dua kali untuk menerima tawaran Majnun.
Segera saja ia melepaskan rantai dari tangan serta kaki si pria fanatik
itu, lalu ia mengikatkan rantai itu ke tangan serta kaki Majnun. Dengan
kepergian si penganut fanatik, wanita itu menyentak-nyentakkan rantai
Majnun dan menyeretnya pergi, di bibirnya tersungging sebuah senyum
ceria. Majnun pun menyukai perannya dan setiap pukulan kayu wanita
itu ke tubuhnya bagaikan belaian lembut sang kekasih.
Si wanita dan tawanan barunya berkelana dari satu oase ke oase
lainnya, berhenti pada setiap perkemahan yang mereka jumpai. Majnun
biasanya duduk di atas pasir dan mendendangkan sajak-sajaknya yang di-
dedikasikan untuk Layla sambil memukul-mukul wajahnya dengan kepalan
tangannya atau menari-nari bagaikan pemabuk sementara si wanita terus
memukulnya dengan kayu.
Di suatu oase, di tepi sungai, Majnun melihat sebuah tenda yang
tampak tak asing baginya. Saat berjalan mendekati tenda itu, betapa ter-
kejutnya ia kala menyadari bahwa itu adalah tenda Layla.
Tiba-tiba airmata menetes dari matanya. Ia terjatuh ke tanah,
memukul-mukulkan kepalanya ke tanah dan menjerit-jerit, “Mengapa kau
tinggalkan aku? Mengapa kau biarkan aku sendirian dan tak meninggalkan
apapun kecuali kesedihanmu?