Page 86 - Layla Majnun
P. 86
17
Jiwa yang Terkoyak
“Hatiku bagaikan lilin: jika dipotong sumbunya, maka akan semakin
terang nyalanya!...mengapa aku tidak merengkuh kematian dengan
ikhlas?...dan biarkan aku beristirahat dengan ketenangan abadi
di kakimu.”
inar mentari di pagi hari bagaikan pisau tajam yang memotong
S bung malam. Perlahan bumi yang tua ini menemukan kehidupan
selu
baru lagi, terlahir segar bagaikan bunga yang sangat besar muncul dari
kuncupnya.
Majnun bergegas melangkah maju, kakinya hampir tak menyen-
tuh tanah. Seolah secara mendadak ia memiliki sayap yang membuatnya
bisa terbang; ia bagaikan seekor ngengat yang menari-nari mendekati
cahaya lilin dan berharap-harap dapat memiliki nyala lilin itu untuk dirinya
sendiri. Namun Majnun justru terbakar bahkan sebelum ia tiba di dekat lilin
yang didambakannya; perpisahannya dengan Layla adalah kepedihan yang
tak dapat ia tahan lagi; hal itu bagaikan nyala api yang membakar habis
dirinya.