Page 204 - Perspektif Agraria Kritis
P. 204
Bagian V. Kiprah NU di Bidang Agraria
diorganisir melalui Barisan Tani Indonesia (BTI) itu berusaha
memaksakan land reform melalui “aksi-aksi sepihak, protes-
protes dan demonstrasi-demonstrasi … yang terus berlangsung
sampai bulan pertama tahun 1965” (151).
Kesungguhan BTI memobilisasi tuntutan petani atas
pelaksanaan land reform telah meningkatkan popularitas
organisasi underbouw PKI ini serta dukungan terhadapnya di
kalangan warga pedesaan. Central Committee PKI, dalam
sidang plenonya pada 11 Mei 1965, memperkirakan jumlah
anggota BTI melonjak pesat hingga mencapai sekitar sembilan
17
juta orang. Lonjakan luar biasa ini terjadi sejak tahun 1960
seiring pendekatan radikal yang dipraktikkan organisasi ini
dalam mendorong pelaksanaan land reform (130).
Dari basis-basis kekuatan nasionalis dan agama segera
bermunculan reaksi balik dalam bentuk yang seringkali lebih
keras dari “aksi sepihak” yang digerakkan PKI. Kedua kekuatan
ini juga mengandalkan mobilisasi kaum tani untuk menghadapi
lawannya, namun dengan cara yang sangat berbeda. Dalam hal
ini keduanya “membangkitkan ikatan-ikatan lokalisme, agama
dan sering juga bapakisme untuk melawan dan melumpuhkan
ancaman gerakan yang dipimpin komunis” (151).
Di Jawa Timur, kemarahan massa NU yang ditimbulkan
oleh serangan atas tokoh-tokoh dan simbol-simbol keagamaan
telah membuat kelompok ini “menaruh dendam atau bahkan
menjadi fanatik, dan mereka bertekad mencari kesempatan
untuk melakukan pembalasan”. Emosi kolektif ini sampai
pada tingkatan di mana “… mereka membuang semua sikap
membatasi diri dalam menghadapi musuh-musuh mereka. Di
18
mana-mana pembalasan itu mulai terasa” (154).
17 Sebenarnya, perkiraan jumlah anggota BTI yang sebanyak ini
terlalu berlebihan.
18 Dalam lingkaran setan aksi-reaksi ini, yang dikecam oleh Presiden
Soekarno sebagai aksi “gontok-gontokan”, amat sulit menentukan
139