Page 205 - Perspektif Agraria Kritis
P. 205

Perspektif Agraria Kritis


                     Dalam kaitan ini, patut diduga keras bahwa keputusan
              keharaman land reform yang dikeluarkan oleh Konferensi 1961
              telah  dijadikan  sebagai  bagian  dari  alasan  keagamaan  untuk
              mendorong dan membenarkan aksi-aksi pembalasan itu.


              BUKAN SUARA TUNGGAL

                     Terlepas dari pemahaman yang lebih utuh atas konteks
              yang  melatari  keputusan  Konferensi  1961,  adalah  satu  fakta
              sejarah bahwa keharaman land reform pernah ditetapkan oleh
              forum nasional NU. Dan juga, bahwa fatwa ini agaknya telah
              dijadikan dasar bagi massa NU untuk melakukan perlawanan,
              dan bahkan pembalasan, terhadap para pelaku “aksi sepihak”.
                     Namun,  sembari  menginsyafi  kenyataan  sejarah  ini,
              perlu  segera  digarisbawahi  bahwa  keputusan  Konferensi  1961
              bukanlah suara tunggal ataupun pandangan satu-satunya yang
              ada di dalam tubuh NU. Seperti akan ditunjukkan, NU tidaklah
              homogen dan ada banyak suara lain dalam organisasi ini yang
              menegaskan dukungannya atas pelaksanaan land reform. Oleh
              karena  itu,  keputusan  konferensi  di  Jakarta  ini  harus  dilihat
              secara proporsional  sebagai salah  satu  suara  saja  (yang  tidak
              berkedudukan  lebih  tinggi)  di  antara  suara-suara  lain  yang
              berkembang di tubuh NU.

                     Terkait dinamika di daerah, tidak semua pihak melihat
              land reform dengan sikap a priori, misalnya sebagai program yang
              akan  memberangus  “hak  milik”,  atau  bahkan  program  yang
              akan mewujudkan sistem pertanian komunis. Salah satu tokoh
              ulama  yang  secara  terbuka  mendukung  program  land  reform
              adalah  KH. A. Muchith Muzadi. Tokoh yang di belakang hari
              termasuk  konseptor  kembalinya  NU  ke  Khittah  1926  ini


              siapa sebenarnya yang memicu “aksi sepihak”. Apakah petani yang
              melakukan  aksi  radikal,  ataukah  justru  tuan tanah  yang  berusaha
              menghambat dan bahkan menyabotase pelaksanaan land reform?


                                          140
   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210