Page 237 - Perspektif Agraria Kritis
P. 237

Perspektif Agraria Kritis


              •  Ketentuan-ketentuan  hukum  adat  mengenai  hak-hak
                  atas  tanah  yang  mirip  dengan  hak  milik  tetap  berlaku
                  selama  belum  ada  ketentuan  yang  berbeda  dalam  UU
                  mengenai hak milik (Pasal 56).
              •  Hak  eigendom  yang  dimiliki  warga  negara  Indonesia
                  menjadi hak milik (Ketentuan Konversi Pasal I ayat (1));
                  juga hak-hak atas tanah yang mirip hak milik dengan nama
                  apapun juga (Ketentuan Konversi Pasal II ayat (1)).
              •  Hak-hak atas tanah yang mirip hak pakai dengan nama
                  apapun juga menjadi hak pakai (Ketentuan Konversi Pasal
                  VI).
              •  Hak gogolan, pekulen atau sanggan yang bersifat tetap
                  menjadi hak milik (Ketentuan Konversi Pasal VII ayat (1)),
                  sementara  yang  bersifat  tidak  tetap  menjadi  hak  pakai
                  (Ketentuan Konversi Pasal VII ayat (2)).
                     Signifikansi prinsip kedua ini adalah sebagai panduan
              operasional  bagi  komponen  pembaruan  tata  pengurusan
              agraria  yang  pertama,  yakni  “menguatkan,  merekognisi  dan
              melindungi  penguasaan  dan  pemilikan  sumber-sumber
              agraria yang sudah di tangan rakyat”.


              Prinsip Anti-Monopoli dan Anti-Akumulasi
                     Prinsip ketiga  bertujuan untuk  mencegah  penguasaan
              dan  pemilikan  sumber-sumber  agraria  secara  berlebihan.
              Beberapa ketentuan dalam UUPA yang terkait dengan prinsip ini
              di antaranya adalah sebagai berikut:
              •  Pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas
                  tidak diperkenankan (Pasal 7)
              •  Tanah  pertanian  pada  asasnya  wajib  dikerjakan  dan
                  diusahakan sendiri secara aktif oleh orang atau badan
                  hukum yang memilikinya (Pasal 10 ayat (1)).
              •  Agar  tujuan  “sebesar-besar  kemakmuran  rakyat”  dapat
                  tercapai, diatur hubungan hukum antara orang dan badan


                                          172
   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242